Sementara itu di kamar Arsyl, dan Kirana. Kirana berbaring dengan kepala di atas bahu Arsyl. Lengan Arsyl memeluk erat dirinya. "Waktu berjalan begitu cepat ya, Bang. Kita menikah, melewati begitu banyak hal. Rasa sedih di awal pernikahan, cobaan yang bertubi datang. Sampai akhirnya bahagia menjadi milik kita." "Iya, Sayang. Bersyukur sekali kita bisa sampai di titik ini. Tak ada lagi yang mengganjal dalam hidup kita. Tinggal menanti Arsen menikah juga." "Eh, Muti, dengan Arsen itu boleh menikah tidak ya?" "Hah, apa? Ada-ada saja. Bukan jamannya lagi perjodohan, Sayang. Siapa tahu si Abang dapat calon istri di sana." "Itu hanya pikiran yang berkelebat di benakku, Abang. Adik Iparku, Adalah Mertuaku, atau Mertuaku Adalah Adik Iparku. Mungkin, Ayahku Adalah Adik Iparku." Karina tertawa

