Pulang dari kampus, Muti, dan Kiki ke rumah Kirana, karena Syana ada di sana, menunggu Rakha menjemputnya. Setelah makan siang, dan salat Dzuhur mereka duduk bertiga di teras samping rumah yang sejuk. Ada es sirup, dan cemilan di atas meja menemani. "Ayo, Muti. Ceritakan tentang pernikahan kamu. Kenapa diam-diam, bahkan aku saja sampai tidak diberitahu," desak Kiki. "Sebenarnya tidak disembunyikan, hanya tidak mengundang banyak orang saja." Muti tersenyum, Syana juga. "Apa alasannya, Muti? Kamu itu bukan puteri orang sembarangan, wajarlah kalau kemudian muncul opini tak sedap di luar sana." "Tidak ada alasan khusus, biar terasa lebih sakral saja, karena bisa lebih tenang dalam proses akad nikahnya," sahut Muti kalem. "Nanti juga ada resepsi, Ki. Cuma akad nikah saja yang tidak dipubli

