Di kantor Rakha. Makanan pesanan Syana sudah datang. Semua sudah ada di atas meja. Mereka duduk di sofa ruangan kantor Rakha, dan makan berdua. "Muti sudah diberitahu tentang kejadian tadi pagi, Sayang?" Tanya Syana. "Sudah. Awalnya aku telepon tidak diangkat. Jadi aku tulis pesan agar dia menghubungi," sahut Rakha. "Terus, dia sudah telepon?" "Sudah." "Kenapa telepon Sayang tidak dia angkat langsung?" "Sibuk bikin anak katanya." Syana tersedak makanannya mendengar ucapan Rakha. Rakha segera mendekatkan bibir gelas berisi air putih ke dekat bibir istrinya. Syana meminum air putih. Lalu mengusap dadanya. "Beneran dia jawab begitu!?" Mata Syana menyipit saat menatap Rakha. Tidak percaya kalau Muti berkata begitu pada ayahnya. "Untuk apa aku berbohong, Sayang. Muti sendiri yang bic

