Mereka sudah mandi. Sama-sama masih hanya mengenakan handuk. Rakha tengah menyisir rambut istrinya, lalu dikeringkan dengan hair dryer. "Kenapa sedia barang-barang seperti ini juga? Jangan-jangan sering tidur dengan perempuan di sini!?" Tanya Syana dengan wajah cemberut. Rakha tertawa pelan. "Tidak, Sayang. Kalau aktifitas padat aku kadang tidak pulang. Aku tidur di sini. Karena itu di kamar ini harus ada perlengkapan begini." "Benar!?" "Iya, Sayangku. Selama belasan tahun ini, tak ada wanita yang aku sentuh, apa lagi sampai mengisi hatiku. Hanya kamu yang mampu mencairkan kebekuan hatiku." Rakha meletakkan hair dryer, lalu dipeluk istrinya dari belakang. Dilepas handuk Syana, digenggam gunung kembar yang tenggelam dalam kedua telapak tangannya. Syana tidak protes, punggungnya bers

