Celah yang Terlihat.

1018 Kata

Paginya, Jakarta kembali sibuk. Di kafe-kafe kawasan elit, di ruang-ruang rapat hotel bintang lima, gosip itu sudah mulai beredar. “Katanya ada tender jalan yang dimanipulasi. Nilai proyek bisa bengkak sampai empat puluh persen.” Nama Reno tidak disebut, tapi semua orang di lingkaran bisnis tahu siapa yang sedang dimaksud. Di satu meja pertemuan, dua kontraktor muda saling berbisik. “Kalau benar itu perusahaan Raksadipura, bisa gawat. Saham mereka bisa anjlok.” “Makanya aku mulai tarik diri. Aku tidak mau terjebak. Apalagi gosipnya sudah nyangkut media.” Jayden duduk di ruangan kantornya, mendengarkan laporan Ario tentang percakapan-percakapan seperti itu. Setiap bisikan, setiap rumor kecil, baginya adalah benih yang akan tumbuh menjadi badai. Ia tersenyum tipis, menyalakan rokok. “Ba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN