Jayne berdiri di depan cermin, jemarinya sibuk membuka kancing blus satu per satu. Gerakannya pelan, seolah setiap helai pakaian yang ia lepas membawa serta sisa-sisa percakapan dan tatapan dari meja makan tadi. Ia mengganti pakaian dengan piyama sederhana berwarna biru muda, lalu menghela napas panjang. Cermin menampilkan wajahnya dengan jelas—wajah yang selalu ia kenal, tapi entah mengapa malam ini terlihat sedikit berbeda. Ada rona samar di pipinya, seperti jejak merah muda yang tidak biasa muncul kecuali saat ia terlalu lama terkena panas matahari … atau saat hatinya diguncang sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Bibirnya sedikit terangkat, seolah senyum kecil itu masih tertinggal sejak makan malam tadi. Jayne memalingkan wajah, buru-buru mematikan lampu meja, lalu berjalan menuju