18-Menghajar Bastian

1103 Kata
Tanpa menunggu penjelasan dari Bastian, Vicky langsung melompat dan menendang wajah Bastian. Bughh!! Bastian terlempar menabrak lemari, Vicky lalu menuju Bastian yang masih tergeletak di lantai. Vicky menarik kerah baju Bastian, dia lalu memukuli wajah Bastian dengan membabi-buta di selimuti amarah Vicky sudah berada di ubun-ubun. Beberapa luka sobek terlihat di wajah Bastian, darah segar mengalir dari luka itu. Tangan Vicky yang memukuli wajah Bastian juga terlihat berlumuran darah. "Pak Vicky," lirih Devita menyebut nama Vicky dengan berderai air mata. Mendengar namanya dipanggil, Vicky akhirnya kembali sadar, dia tadi sudah gelap mata. Jika saja Devita tidak memanggilnya, mungkin sekarang ini Bastian sudah mati di tangannya. "Hah...." Vicky menghela nafas yang cukup panjang, setelah itu dia menoleh ke tempat Devita. Di luar ruangan, dua karyawan wanita yang tadi menunggu juga terlihat menangis, ternyata dua wanita tadi juga ikut melihat ketika Vicky memukuli wajah Bastian. Vicky mengambil tisu yang berada di atas meja Bastian dan mulai membersihkan tangannya yang berlumuran darah, Vicky juga membersihkan percikan darah yang menempel di jas dan celananya. Kemudian melepas jas yang dia kenakan dan menutup tubuh Devita, memasukkan dalam pelukannya. "Maafkan aku, aku harusnya tadi mengajakmu pulang," ucap Vicky sambil memeluk dan menyandarkan kepala Devita di dadanya. Vicky lalu membawa Devita dan dua karyawan wanita lainnya ke ruangannya. Setelah itu Vicky menghubungi pihak keamanan perusahaan dan meminta mereka untuk menghubungi Rumah Sakit. Tak berselang lama suara sirine mobil ambulans terdengar, beberapa petugas ditemani pihak keamanan perusahaan terlihat membawa tandu dan mengevakuasi Bastian. Dua karyawan wanita tadi juga sudah terlihat baikan, mereka berdua memeluk Vicky dan menyampaikan rasa terima kasih mereka. Vicky juga berjanji selama dirinya memimpin, kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Saat ini hanya Devita yang menjadi perhatian Vicky, dari ekspresi wajahnya. Devita terlihat sangat pucat akibat tindakan pelecehan yang dia terima. Vicky kembali memasang kancing kemeja milik Devita yang telah dilepas oleh Bastian. Sementara Devita masih terus menangis, karena mengingat kejadian yang baru saja dia alami. Beberapa saat telah berlalu, petugas kebersihan diminta kembali ke kantor untuk membersihkan darah yang berada di ruangan Bastian. "Pak Vicky... terima kasih," ucap Devita kepada Vicky yang sesekali tampak meneteskan air mata. "Maaf Devita, aku tidak tahu jika Bastian senekat itu," balas Vicky sambil terus mengelus kepala Devita. *** Di rumah sakit tempat Bastian mendapatkan perawatan, Bastian yang baru sadar terus mengumpat Vicky karena telah berani menghajar dirinya. “Bocah sialan!!” Teriak Bastian dengan penuh emosi. Sambil memegangi wajahnya yang terluka, Bastian terus-menerus mengutuk Vicky yang sudah membuatnya babak belur. Dan di depannya tampak beberapa orang wartawan lepas yang merupakan kenalannya. “Aku tidak mau tahu, beritakan kasus pemukulan ini, aku ingin bocah itu di tangkap,” seru Bastian kepada beberapa wartawan lepas di tempat itu. “Baik Bos,” jawab salah seorang di antaranya sambil menyerahkan secarik kertas yang berisi nomor rekening orang-orang itu. Setelah menyerahkan catatan itu, orang-orang itu kemudian pergi meninggalkan ruangan tempat Bastian dirawat. Tak berselang lama, Aditya, Giyan dan ayahnya yang bernama Ramon terlihat masuk ke dalam ruangan. Giyan sontak bergidik ngeri melihat luka yang terdapat di wajah Bastian. Dia kembali mengingat peristiwa ketika dia dan dua temannya ingin mengeroyok Vicky, jika seandainya waktu itu dia tetap melawan, mungkin dia juga akan mengalami hal serupa. Giyan bersyukur waktu itu dia terlalu ketakutan sampai tidak bisa bergerak, sehingga Vicky melepaskannya begitu saja. “Apa yang kamu lakukan sehingga membuatmu dihajar seperti itu oleh Vicky?" Tanya Aditya sambil memperhatikan wajah Bastian yang kini dipenuhi perban. “Calon menantumu yang sialan itu melihatku sedang menggerayangi Devita si manager marketing, dia bahkan tidak mendengar penjelasanku dan langsung menyerangku,” balas Bastian yang masih terlihat sangat marah. “Dia sudah meniduri Devita, mengapa dia begitu marah ketika melihatku berbuat seperti itu?” sambung Bastian sambil mendengus kesal. “Meniduri Devita?” Aditya terlihat kaget mendengar ucapan Bastian. Begitu pula dengan Giyan dan Ayahnya, mereka berdua juga terkejut mendengar ucapan Bastian. “Dari mana kamu tahu jika Vicky sudah meniduri Devita?” Tanya Aditya Aditya terlihat sedikit penasaran dengan ucapan yang baru saja diucapkan Bastian, dia pun kembali mengonfirmasi ucapan Bastian tadi. “Mereka berduaan di dalam ruangan Vicky selama berjam-jam, mereka bahkan tidak keluar dari ruangan untuk makan siang, menurutmu apa yang mereka lakukan?” ucap Bastian. “Dasar bodoh! Apa kamu tahu jika tadi Manda juga mengunjungi kantormu?" Teriak Aditya yang terlihat sangat kesal kepada Bastian. “Manda datang ke kantorku?” Tanya Bastian yang terlihat kebingungan. “Bahkan itu saja kamu tidak tahu! Manda juga berada di ruangan itu bersama Vicky dan Devita. Walaupun Manda tidak bersama mereka sejak awal, Manda tahu jika mereka berdua betul-betul bekerja dan tidak melakukan apa yang kamu tadi tuduhkan,” Terang Aditya menjelaskan. Jika bukan karena Bastian sudah membantunya menyingkirkan Hendro, Aditya juga mungkin akan ikut memukul Bastian karena kebodohannya. “Bagaimana bisa Manda menyimpulkan itu, bisa saja sewaktu Manda datang, Vicky dan Devita telah selesai, dan Vicky membuat alasan kepada Manda bahwa mereka berdua hanya bekerja.” Bastian berusaha mempertahankan ucapannya, Bastian merasa Vicky dan Devita Pasti sudah tidur bersama. “Apakah ini terlihat seperti ruangan orang yang sudah berbuat m***m?” Aditya menunjukkan foto yang dikirim Manda, sewaktu Manda berada di ruangan Vicky. Ternyata saat berada di tempat Vicky, Manda diam-diam mengambil beberapa foto kondisi ruangan Vicky dan mengirim foto-foto itu kepada ayahnya, Manda ingin menunjukkan jika calon suaminya seorang pekerja keras. “Tapi….” Bastian masih berusaha mengelak. “Dan apakah kamu tahu jika Vicky dan Devita baru saja berhasil menyelesaikan Transaksi senilai 314 Milyar! Manda sendiri yang memberitahuku hal tersebut ketika Vicky sudah mengantarnya sampai di rumah. Dan sekarang kamu melecehkan orang yang sudah membantu Vicky melakukan penjualan itu, Apa kamu bodoh...!?" bentak Aditya. Aditya terlihat sangat marah kepada Bastian, dia tidak habis pikir jika Bastian melakukan itu kepada Devita yang menurutnya sudah bekerja dengan baik. Setelah menyingkirkan Hendro, ini adalah pertama kali bagi perusahaan itu mencetak penjualan dengan nilai transaksi yang fantastis. Giyan dan Ramon juga terkejut mendengar apa yang Aditya ucapkan. Dia tidak menyangka di hari pertama Vicky bekerja sudah mencetak transaksi dengan nilai fantastis. Bastian mulai keringat dingin, dia tidak mengetahui jika ada kejadian seperti itu dikantornya. “Aditya tolong aku, aku juga sudah sangat membantumu ketika kamu menyingkirkan Hendro.” Bastian mulai memohon kepada Aditya, dia takut jika Vicky memecatnya dan melaporkan dirinya ke Polisi. “Hah... kamu membuatku sakit kepala, masalah Vicky biar aku yang selesaikan, sekarang kamu jangan bertindak gegabah,” ucap Aditya sambil mendengus kesal. Bastian yang saat ini sudah ketakutan, dia juga takut memberitahu Aditya jika dia sudah membayar beberapa orang untuk memberitakan masalah ini, “Lebih baik aku tidak mengatakan apa-apa untuk hal ini,” pikirnya mencari aman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN