19-Membawa Devita Ke Hotel

1022 Kata
Sejak dari kantor Devita terus melamun, bahkan ketika Vicky berbicara dengan Barry melalui telepon, Devita sama sekali tidak menyadarinya. Pikirannya terus mengingat kejadian buruk yang baru saja menimpanya. “Devita....” Suara Vicky menyadarkan Devita dari lamunannya. Devita melihat situasi di sekitarnya dan langsung terkejut saat mengetahui jika dia berada di depan Luxury Diamond Hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 di Kota Jakarta. Vicky membuka pintu, dan membantunya keluar dari mobil, dengan lembut Vicky merangkul tubuhnya sambil berjalan menuju pintu masuk Hotel. Ketika masuk, beberapa pria dan wanita asing terlihat menyambut mereka dengan sangat sopan, hal itu tentu saja membuat Devita semakin bingung. Dalam hati dia bertanya, “Apakah pelayanan Hotel mewah memang seperti ini.” Devita sendiri sudah beberapa kali mendatangi Hotel bintang 5 karena urusan pekerjaan. Beberapa customer asing, pemilik atau pejabat di perusahaan yang melakukan transaksi dengan Prakarsa Wira Kanigara memang sering menginap di hotel bintang 5. Walaupun kelasnya masih di bawah Luxury Diamond Hotel, tapi Devita yakin jika penyambutannya tidak seperti ini. “Добро пожаловать, сэр” (selamat datang Tuan). Salah seorang pria asing menyapa Vicky dengan sangat sopan dalam bahasa Rusia Vicky tersenyum dan menganggukkan kepalanya membalas sapaan dari pria asing itu, setelah itu mereka semua memandu Vicky dan Devita ke kamar yang sudah disiapkan. Secara bergiliran satu persatu dari orang-orang itu memperkenalkan diri mereka kepada Vicky. Mereka mengajak Vicky berbincang-bincang, Vicky sendiri hanya tersenyum dan sesekali menganggukkan kepalanya ketika menjawab orang-orang itu. Devita yang menyaksikan itu semakin merasa heran, apakah iya kekuasaan keluarga Mahardika sebesar ini sampai membuat orang-orang asing ini menjadi sangat ramah kepada calon menantu keluarga mereka pikirnya. Ketika sampai di depan kamar yang di siapkan, salah seorang di antara mereka membuka pintu dan mempersilakan Vicky dan Devita masuk ke dalam kamar. “Спасибо” (Terima kasih) ucap Vicky dalam bahasa Rusia kepada orang-orang itu, lalu masuk ke dalam kamar. Devita tentu saja kembali terkejut saat Vicky mengucapkan itu, dia tidak mengerti bahasa Rusia sama sekali, tapi dia tahu jika Vicky lagi-lagi menggunakan bahasa asing. Hal itu membuat Devita semakin kagum terhadap Vicky, tidak hanya tampan dan baik, Vicky juga ternyata sangat cerdas. Belum hilang dari ingatannya ketika Vicky berbicara dengan Oliver menggunakan bahasa inggris dengan fasih, dan kini dia menggunakan bahasa yang lainnya saat berbicara dengan orang-orang yang mengantarnya. “Pak Vicky, kurasa aku jatuh cinta padamu,” ucap Devita dengan ekspresi wajah yang merona. “Devita?!” Vicky kaget ketika mendengar Devita mengatakan itu. Vicky mengira Devita masih belum sadar sepenuhnya. “Pak Vicky kamu keren sekali,” puji Devita. Vicky tersenyum lalu mengelus kepala Devita. “Tidak usah berpikir yang macam-macam dulu, kamu sebaiknya mandi dulu. Di situ sudah ada baju ganti, kamu bisa menggunakan itu setelah kamu mandi,” ucap Vicky sambil menunjuk ke arah pakaian yang sudah disiapkan pihak hotel. “Aku akan keluar sebentar untuk berbicara dengan beberapa orang tadi, aku sudah berjanji kepada mereka,” sambung Vicky sambil tersenyum. Vicky sebenarnya ingin menolak ajakan dari beberapa orang asing yang ditugaskan mengelola hotel ini. Dia berpikir jika kondisi Devita sangat tidak stabil, dan tentu akan berbahaya untuk meninggalkan Devita seorang diri. Namun setelah mendengar ucapan Devita dan melihat kondisinya saat ini, Vicky yakin tidak masalah untuk pergi menyapa orang-orang tadi. Vicky juga berencana untuk menggunakan kamar mandi di tempat lain, dia merasa tidak enak jika harus mandi dikamar yang sama dengan Devita. Begitu Vicky keluar, Devita mulai melihat keadaan kamar hotel yang di pesan oleh Vicky, karena tadi terlalu terpesona oleh Vicky dia tidak menyadari situasi di sekitarnya. Devita mulai terpana melihat kemewahan dari kamar itu, dia merasa jika kamar ini sangatlah luas untuk ukuran kamar hotel. Dia dapat melihat tulisan (Vladislav) yang terdapat di tembok, karena di tulis menggunakan huruf Rusia, Devita yang tidak tahu bahasa Rusia sama sekali menganggap jika tulisan yang berada di tembok hanya hiasan dari kamar itu. Di dekat televisi dia melihat sebuah brosur yang diletakkan dengan rapi. Devita lalu mengambil brosur itu. Luxury Diamond Hotel , Presidential Suite , dan beberapa keterangan tambahan di bawahnya. “Presidential Suite?!” seru Devita dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut. Devita tidak menyangka jika atasannya akan menyewa kamar kelas tertinggi di Hotel itu untuknya. Dia lalu segera mengeluarkan ponselnya dan mengecek tarif kamar hotel yang sekarang dia tempati. “42 Juta semalam?!" Mata Devita terbelalak ketika melihat tarif dari kamar yang dia tempati, dia melompat-lompat, ini baru pertama kali baginya tinggal di kamar mewah seperti itu, dan tentu saja dengan kondisi ekonominya, menginap di kamar mewah seperti ini hanya akan menjadi mimpi. Saat ini Devita sudah melupakan kejadian yang menimpanya, dia terlalu senang dengan perlakuan yang dia terima dari atasannya. Sambil bernyanyi kecil dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebenarnya Kamar yang di tempati oleh Devita saat ini merupakan kamar yang khusus disiapkan jika keluarga Vladislav datang berkunjung. Jadi tentu saja kamar ini tidak bisa digunakan oleh umum dan juga tidak disewakan, itulah kenapa Devita merasa jika kamar yang dia sekarang tempati terasa lebih luas. Tulisan Vladislav dalam bahasa Rusia yang berada di tembok ruangan ini juga menjadi tanda jika ruangan ini hanya bisa digunakan oleh keluarga Vladislav. Beberapa saat kemudian Devita sudah berada di tempat tidur, dia baring sambil menutup setengah badannya dengan selimut. Devita juga sudah mengganti pakaiannya menggunakan piyama yang disiapkan oleh hotel, piyama sutra berwarna krem dengan tulisan kecil Luxury Diamond Hotel di ujung bawah pakaiannya. Saat ini Devita mulai menghayal yang tidak-tidak, dia mulai berfantasi tentang apa yang akan terjadi sebentar. Dia membayangkan jika sebentar lagi Vicky yang baru selesai mandi akan keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang d**a. Devita mulai membayangkan bentuk tubuh indah Vicky, sewaktu tadi memeluk Vicky, Devita bisa merasakan jika Vicky memiliki body yang atletis. “Ahh... bagaimana jika Vicky tergoda, dan memintaku untuk melakukan itu,” gumam Devita sambil menutup wajahnya dengan selimut. Berbagai kemungkinan terus muncul di kepala Devita, tentu saja dia juga merasa bersalah dengan Manda, namun untuk hari ini, dia akan menikmati waktu yang dia habiskan bersama Vicky. Tok…Tok..Tok… “Devita apakah kamu sudah mengganti pakaian?” ucap Vicky sambil mengetuk pintu yang langsung menyadarkan Devita dari khayalannya. “Iya Pak Vicky,” seru Devita menjawab dengan jantung berdebar cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN