Lily masih terdiam dalam gendongan Axel. Pikirannya kacau, apa yang dikatakan Axel seperti sebuah petir yang menyambar di siang bolong. Dugaannya selama ini benar kalau sikap aneh Axel ternyata karena memendam perasaan kepadanya. Tapi Lily tidak menyangka kalau saudara tirinya memiliki keberanian mengungkapkan isi hatinya. Ia bingun dan tidak tahu harus memberi tanggapan seperti apa. “Ly…” panggil Axel. “Kamu marah dengan ungkapan perasaanku?” Lily tidak menjawab, yang ada dalam benaknya sekarang adakah segera turun dari punggung Axel lalu menghilang. “Ya ampun Lily, kata Jasmine kamu jatuh?” Grace sudah menyambut kedatangan dua anaknya di depan gerbang vila. “Kaki mana yang sakit?” “Aku nggak apa-apa, Ma.” “Biar aku bawa Lily ke dalam,” sahut Axel. “Ma, minta tolong ambilkan es batu