Langkah Svarga menderap di lorong yang menghubungkan ke rungan pemulihan, gema suaranya sampai membuat beberapa petugas medis di sana memberikan tatapan peringatan. Svarga tidak peduli, rumah sakit ini milik kerabatnya dan dia terlalu khawatir dengan kondisi Zaviya saat ini. Dia singkap tirai yang menutupi sebuah ruangan yang diarahkan oleh perawat tadi. “Zaviya … istri saya di mana?” Svarga bertanya kepada perawat pria yang duduk dibalik meja. “Sebelah sini, Pak!” Seorang perawat wanita memanggilnya dari salah satu bilik. Svarga bergegas ke sana, Zaviya berbaring dengan mata terpejam dan alat oksigen menutup bagian mulutnya. “Tolong Bapak bangunkan istrinya ya, nanti kalau sudah bangun panggil saya.” Sang perawat wanita paruh baya berpesan. Beliau pergi usai mendapat anggukan kepal