“Kalau kamu menyanggupi syarat yang aku minta, besok hari Sabtu … kita akan cari tempat untuk restoran kamu.” Zaviya mengangkat pandangan kemudian tersenyum tapi senyum itu tidak pernah sampai ke matanya. “Oke … aku ikutin syarat kamu, jadi besok kita cari tempat untuk restoran?” “Iya ….” Svarga mengulurkan tangannya. Zaviya menjabat tangan Svarga sebagai bentuk kesepakatan mereka. Dia bangkit dari kursi. “Udah selesai makannya, kan? Aku bawa piringnya ke dapur ya?” Zaviya meraih piring kosong bekas Svarga untuk dia tumpuk dengan piringnya lalu dia bawa ke dapur diiringi linangan air mata tanpa sepengetahuan Svarga. Dia tidak bisa membendung air matanya lagi setelah dengan jelas mendengar kalau ternyata Svarga lelah dengan kelakuannya. Tapi Zaviya merasa tidak pernah mengada-ngada