“Zaviya! Zaviya tunggu!” Suara Svarga terlampau lantang sampai mengambil alih perhatian di lantai tersebut. Kebetulan pintu lift terbuka jadi Zaviya bisa langsung masuk dan Svarga sempat menyusul. “Zaviya, aku bisa jelaskan.” Svarga memelas. Ada dua orang pria dan wanita paruh baya di dalam sana yang sedang menatap mereka heran. Mungkin mereka berpikir kalau wajah Svarga yang babak belur dikarenakan berkelahi dengan Zaviya. Sungguh hebat Zaviya yang mungil itu bisa membuat Svarga yang tinggi besar babak belur. “Enggak usah, udah jelas kalau kamu egois … licik!” Zaviya tidak menahan-nahan. “Zaviya ….” Svarga meraih tangan Zaviya yang langsung dia hela kasar. “Aku mau pulang ke Surabaya … aku mau pulang ke rumah orang tuaku!” tegasnya kesal. “Zaviya … kita selesaikan dulu masalah