*** “Emely, kamu kenapa kelihatan kesal begitu?” Suara Arwen tiba-tiba terdengar, membuat Emely sedikit terkejut. Tanpa disadari, sahabatnya itu sudah berdiri di belakangnya. Sebelum menjawab, Emely menoleh ke arah Arwen. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi kesal. “Blue nyuruh aku datang ke kantornya,” jawabnya dengan nada datar. Arwen berjalan mendekat lalu menjatuhkan tubuhnya di kursi tepat di depan meja Emely. Keningnya berkerut mendengar penuturan itu. “Kenapa dia nyuruh kamu ke kantornya? Ada apa?” tanyanya penasaran. Emely mengangkat bahu santai, meski nada suaranya menyiratkan amarah yang ditahan. “Aku nggak tahu. Padahal aku mau buru-buru pulang untuk persiapan acara malam ini, eh, dia malah nyuruh aku ke kantornya. Menyebalkan!” Keluhan itu diakhiri dengan decakan yang menand