Mr. Black tertawa lepas melihat reaksi Jihan setelah mendapat ancaman dari abangnya, mereka pun bergegas pergi meninggalkan rumah Jihan dan langsung menuju rumah Mr. Black.
"Hanz...”
"Ya,kenapa Jihan?”
"Apa nggak bisa kita tinggal di rumah masing — masing, saya belum mau tinggal serumah dengan kamu,” kata Jihan pelan.
"Mmmm saya sudah bilang kalau kamu tinggal di rumah saya hanya sebagai pembantu bukan istri,” balas Mr. Black.
"Ya tetap saja saya perempuan dan kamu laki — laki, saya tsayat kamu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” balas Jihan dengan wajah tegang.
Mr. Black tertawa dengan sangat kencang, ya dia tahu Jihan itu lugu tapi Mr. Black tidak menyangka kalau ternyata Jihan sangat lugu seperti ini.
"Saya janji nggak akan sentuh kamu tapi...”
"Tapi apa?” tanya Jihan.
"Tapi kalau kamu yang sentuh saya ya saya tidak akan mempermasalahkannya,”balas Mr. Black.
"Mimpi!” Jihan menghentakkan kakinya saat mereka akhirnya tiba di rumah Mr. Black.
"Wahhhhhh serius ini rumah kamu Hanz?” tanya Jihan.
Jihan merasa kagum dengan rumah Mr. Black yang mewah melebihi rumah artis — artis yang suka dilihat Jihan di televisi. Rumah ini sangat besar selayaknya sebuah istana,
"lya,sebenarnya rumah ini merupakan rumah kontrakan selama saya di Indonesia,” ujar Mr. Black berbohong.
Rumah ini memang rumahnya, rumah yang sengaja dia beli saat berlibur di Indonesia, karena bukan satu dua kali Mr. Black ke Indonesia.
Jihan mengernyit saking tidak percaya dengan ucapan Mr. Black.
"Ya sudah, ayo masuk saya akan tunjukin kamar kamu,” Jihan mengangkat tasnya dan membawa masuk ke rumah yang menurut Jihan bukan rumah tapi sebuah istana.
"Ini kamar kamu dan ini kamar saya,” Mr. Black menunjukkan kamar yang berada di lantai dua.
Kamar yang bersebelahan dengan kamar Mr. Black. Kamar yang sangat mewah dengan berbagai furnitur memenuhi di setiap sudut kamar, Jihan sampai menelan ludah saking kagum melihat mewahnya kamar itu.
"Loh kok di sini, saya di kamar pembantu saja Hanz, nggak enak masa tidur di sebelah kamar kamu,”tolak Jihan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Untung bersebelahan bukan sekamar, pilih mana sekamar atau di sini?” kata Mr. Black nggak mau kalah.
"Saya tolak pun sepertinya sudah tidak bisa, saya sudah kamu beli dan terpaksa mau tidak mau harus ikuti apa kata kamu,” gerutu Jihan menggunakan bahasa Indonesia.
“Kamu bicara apa barusan?” tanya Mr. Black.
"Nggak ada ... cuma nguap,” Jihan menunjukkan sikap menguap dan Mr. Black kembali tertawa.
"Hidupku akan penuh warna selama kita tinggal berdua Jihan, sebelum saya membuat kamu sebagai Ratu,” kata batin Mr. Black.
Jihan memasukkan tasnya dan mulai menyusun baju yang nggak seberapa ke dalam lemari pakaian. Jihan masih tidak percaya dia bisa hidup dan tinggal berdua dengan laki-laki asing yang baru dikenalnya.
"Demi Ibu Jihan ... demi Ibu agar cepat sembuh,tidak boleh menggunakan hati dan jangan sampai kamu jatuh cinta kepada HanzeL”batin Jihan.
Jihan merebahkan badannya di atas ranjang, hari ini sangat melelahkan dan dia ingin istirahat sebentar sebelum melsayakan pekerjaan rumah.
***
Mr. Black mondar mandir di dalam kamarnya sambil memegang surat perjanjian.
"Ini senjata terakhir agar dia mau ikut ke Blacktan, Jihan belum boleh membaca surat ini, lebih baik saya simpan di tempat yang aman." Mr. Black mengambil ponselnya di saku celana dan menghubungi orang kepercayaannya.
"Ya Pangeran."
"Kamu ke Indonesia sekarang juga, tapi jangan sampai Raja dan Ratu tahu apalagi Putri Aurora."
"Baik Pangeran"
Negara Blacktan.
"Ratu, calon suami hamba apa belum ada kabarnya?” tanya Putri Aurora.
"Sabar anakku,kita beri waktu tiga bulan ini untuk Hanzel mencari istri yang menurut dia cocok sebagai ratu negara ini."
"Tapi saya sudah ada, buat apa lagi dia mencari?" gerutu putri Aurora.
"Ratu mengerti tapi Hanzel keras kepala, kamu tahu dia itu pangeran satu — satunya di Negara ini, Raja dan Ratu tidak bisa memaksanya”
"Tapi saya bagaimana? Bagaimana kalau dia membawa calon istrinya?”
"Jangan kuatir, wanita itü tidak akan betah hidup di Negara ini.”
"Baiklah Ratu mudah — mudahan semuanya benar.”
****
"Bagaimana Jihan apa nyenyak tidurnya?” tanya Mr. Black
"Sangat Hanzel... saya panggil nama Hanzel saja ya, lebih enak dan nyaman,” kata Jihan pelan.
"Mmmm baiklah, oh iya kamu mau makan apa? saya akan masak,” kata Mr. Black dan dia berjalan menuju dapur.
"Tunggu Hanzel... di sini saya sebagai pembantu, lebih baik kamu tunggu dan biarkan saya memasak, kamu mau makanan apa? Eropa, Asia atau apa?” tawar Jihan.
"Apa saja saya bosan makanan yang itu - itu saja.”
"Oke apapun saya masak kamu harus makan,”ujar Jihan dengan senyum lebar.
"Iya, panggil saja kalau sudah selesai,” kata Mr. Black dengan senyum rupawan.
Jihan membuka kulkas, tidak ada bahan makanan dan setelah meminta izin dengan Mr. Black, Jihan pergi berbelanja ke pasar tradisional. Mr. Black bersikerasi ingin ikut, walau baru sekali ini dia pergi ke pasar.
"Kamu yakin mau ikut... di sana becek loh," ujar Jihan agar Mr. Black membatalkan rencananya untuk ikut bersamanya.
"Apa itu becek?" tanya Mr. Black heran.
"Mmmm bagaimana ya jelaskan Air yang menggenang di jalanan nah itu namanya becek," kata Jihan menjelaskan.
"Oh begitu, tidak perlu kuatir, saya ingin tahu dan melihat becek itu seperti apa," balas Mr. Black antusias.
"Ya sudah jangan menyesal ya."
"Oke."
Jihan dan Mr. Black akhirnya tiba di pasar, wajah Mr. Black antusias melihat hal yang tidak pernah dia lihat di negaranya.
"Nah Hanzel.. kamu ikuti saya terus ya, jangan sampai hilang." kata Jihan sok tahu dengan keadaan pasar yang juga baru sekali dia kunjungi.
"Iya...kamu mau beli apa?"
"Nah itu.. ayo ikut!" Jihan menarik tangan Mr. Black dan membawa ke tempat jual ayam, daging dan ikan.
"Tunggu Jihan,"
"Kenapa Hanzel?" tanya Jihan saat melihat raur wajah Mr. Black langsung berubah.
"Saya tidak makan itu, saya vegetarian." balas Mr. Black.
"Sekali — kali tidak apa-apa kamu makan ini, rasanya sangat enak." Jihan bersikeras membeli apa yang diinginkannya, sedangkan Mr. Black ketakutan melihat ayam disembelih.
"Kamu kejam Jihan, kenapa mau makan benda itu?" Mr. Black berusaha menahan gekolak di perutnya.
"Enak, apalagi dimasak menggunakan benda ini," Jihan menunjukkan jengkol kepada Mr. Black.
"1tu apa namanya?" Mr. Black memegang jengkol yang di tangan Jihan.
"Ini namanya Jengkol... mmmm Yummy," ujar Jihan walau dalam hati dia tertawa,
Jihan ingin sekali — kali mengerjai orang asing seperti Mr. Black.
"Oke saya tertarik beli saja 1 kg," balas Mr. Black antusias.
Jihan makin tertawa, satu kg itu sangat banyak dan dia tidak bisa membayangkan betapa baunya mulut Mr. Black.
"Oke... kamu yang habisin kalau saya tidak sanggup."
"Iya saya yang habisin, saya penasaran bagaimana rasanya,"balas Mr. Black.
Setelah membeli ayam dan bahan-bahan masakan lainnya, Jihan berencana membeli beras.
"Hanzel..."
"Ya," Mr. Black masih antusias melihat seorang ibu yang membuka buah durian.
"Ah lebih baik biarin saja Hanzel sendiri di sini, lagian cuma beli beras doang," batin Jihan.
Jihan meninggalkan Mr. Black yang masih sibuk mencicipi buah durian, tanpa menyadari Jihan pergi meninggalkannya.
"Ini enak loh Jihan..." Mr. Black memberikan sebiji durian ke arah Jihan, tapi Jihan tidak ada dan Mr. Black mencari sekeliling dan tidak menemukan keberadaan Jihan.
"Jihan....." Mr. Black memberikan selembar uang kepada ibu penjual durian dan pergi mencari Jihan.
"Jihan...." Kembali Mr. Black berteriak dan masuk ke gang — gang sempit yang dikiranya Jihan ada di sana.
"Ji..." Mr. Black melihat Jihan diapit dua pemuda disebuah gang gelap.
"Lepas bang... jangan macam — macam!" tolak Jihan.
Jihan menghentakkan tangan kedua preman yang ingin menyentuhnya.
"Ayolah neng jangan sok jual mahal..."
"Lepasin tangan anda..."
"Bro bule nyasar tuh, beresin" salah satu preman berjalan menuju Mr. Black dan ingin memukul Mr. Black.
"Jangan sok jagoan bule... mending lo pergi atau boleh kok sama — sama kita cicipi wanita muda itu," Mr. Black marah dan memukul kedua preman itu dengan brutal.
"Jihan milik saya dan tidak ada seorangpun boleh menyentuhnya," Mr. Black makin beringas menghajar kedua preman.
"Hanzel.. sudah stop mereka bisa mati!" Jihan memeluk tubuh Mr. Black dan berusaha menghentikan Mr. Black menghajar kedua preman m***m itu.
"Saya sudah bilang jangan pergi sendiri!" teriak Mr. Black ke arah Jihan.
"Maaf.”
Jihan bergetar ketakutan mendengar bentakan Mr. Black.
Mr. Black meninggalkan Jihan di belakang, dirinya emosi dan marah kalau saja dia tidak bertemu cepat dengan Jihan dipastikan Jihan akan terluka oleh kedua preman itu dan itu akan membuat hatinya hancur.
"Hanzel maaf..."Jihan berlari menyusul Mr. Black yang masih marah.
Hening, Mr. Black hanya diam dan dia berpikir lebih baik diam atau dia akan kehilangan kesabaran untuk memiliki Jihan
***
tbc