Mr. Black masih marah karena Jihan dengan beraninya pergi tanpa persetujuannya, walau bagaimanapun Jihan tanggung jawabnya setelah Dika memberikan tanggung jawab Mr. Black untuk menjaga Jihan.
"Hanzel please, I'm so sorry..." kata Jihan dengan memelas, dia tsayat Mr. Black marah dan meminta uang itu kembali sedangkan Jihan sudah membayar lunas biaya operasi Ibunya.
"Kamu itu masih tanggung jawab saya Jihan, makanya saya marah seperti tadi," balas Mr. Black dengan nada lumayan tinggi.
"Iya, saya janji tidak akan pergi lagi tanpa seizin kamu," Jihan menunjukkan penyesalan.
Mr. Black menghela napasnya dengan keras.
"Oke kali ini saya bisa maafkan kamu,”ujar Mr. Black dengan mimik wajah serius dan itu tandanya Jihan jangan pernah mengulang lagi kesalahan yang sama.
Jihan tersenyum bahagia dan memeluk erat Mr. Black. Mr. Black kaget melihat reaksi Jihan, kalau tahu dia akan dipeluk Jihan seerat itu, lebih baik dia marah seharian.
"Maaf Hanzel saya kelepasan,” kata Jihan dengan malu — malu.
"Saya suka kamu peluk,” Mr. Black tertawa melihat wajah Jihan yang sudah seperti kepiting rebus, merah merona dan Mr. Black berjalan ke arah Jihan.
"Saya suka kamu malu seperti ini, saya akan pastikan kamu akan selalu tertawa jika bersama saya Jihan,” kata Mr. Black dalam bahasa negaranya yang tidak diketahui Jihan.
"Apa Hanzel? Kamu bilang apa?” tanya Jihan bingung.
"Hmmmm, tidak ada apa - apa,” Mr. Black meninggalkan Jihan yang kesal karena tidak tahu arti dari bahasa yang selalu diucapkan Mr. Black saat ingin menggoda Jihan.
“Aku harus belajar bahasa kamu Hanzel, agar aku mengerti dan tidak kamu permainkan,” kata Jihan lagi.
****
Jihan sedang menunaikan sholat Isya ketika Mr. Black memanggilnya, karena tidak ada jawaban Mr. Black dengan pelan membuka pintu kamar Jihan dan melihat wanita yang sebentar lagi akan menjadi pendampingnya sedang menunaikan ibadahnya.
"Jihan ..." Mr. Black menghentikan panggilannya ketika melihat Jihan sedang sujud. Mr. Black bingung Jihan sedang apa dan tujuannya apa.
Mr. Black masuk dan duduk di sofa di belakang Jihan.
"Kenapa perasaan saya menjadi sejuk saat melihat kamu melakukan itu Jihan?"kata batin Mr. Black.
Mata Mr. Black tidak berhenti menatap Jihan saat dia mengerjakan ibadahnya.
"Maaf Hanzel, kamu memanggil saya?" tanya Jihan yang kaget melihat Mr. Black sedang duduk di belakangnya.
"Kamu sedang apa Jihan?" tanya Mr. Black heran Jihan mengenakan pakaian putih dari atas sampai bawah.
"Ini namanya Sholat Hanzel, sebagai seorang muslim, kita wajib melakukan ini selama lima waktu,”ujar Jihan menjelaskan apa yang dia lakukan tadi agar Mr. Black mengerti dan tahu kewajiban yang harus dilakukan umat muslim setiap hari.
"Oooooo, sepertinya menarik,”balas Mr. Black.
"Oh iya, saya boleh nanya sesuatu, Hanzel?” tanya Jihan.
"Tanya apa Jihan?”Mr. Black selalu suka meladeni pertanyaan-pertanyaan Jihan.
"Kapan kita menikah?”tanya Jihan to the point.
"Terserah kamu, besok juga boleh.”
"Terlalu cepat, kamu ingatkan perjanjian di antara kita, maaf ya Hanzel bukan saya memaksa kamu memeluk agama saya, tapi di Indonesia pernikahan beda agama tidak diperbolehkan, dan aduh gimana ya...”Jihan menggaruk kepalanya karena bingung menjelaskan hal sensitif seperti itu ke Mr. Black.
"Saya mengerti Jihan, saya harus masuk agama kamukan?”tanya Mr. Black.
"Iya tapi saya tidak akan memaksa kalau kamu tidak mau kita bisa tunda atau batalin pernikahannya, tapi saya janji akan mengganti uang kamu,”ujar Jihan sedikit tidak enak.
"saya mau,saya ingin tau bagaimana islam itu dan belajar seperti yang kamu lakukan tadi," balas Mr. Black dengan senyum rupawan.
"Dan ada satu lagi ..." kata Jihan yang bingung bagaimana memberitahu hal itu kepada Mr. Black.
"Apa lagi Jihan?" tanya Mr. Black yang mulai antusias.
"Laki-laki muslim, walau bagaimanapun harus melakukan sunat," Jihan menyunggingkan senyum tipis di wajahnya.
"Sunat itu apa?" tanya Mr. Black yang baru kali ini mendengar kata sunat.
"Aduh gimana ya ... mmmm maaf ya kalau saya agak ekstrem bilangnya... "Itu" kamu dipotong," Jihan kembali menggaruk kepalanya yang masih tidak gatal.
Mr. Black kaget mendengar penjelasan Jihan, dan Mr. Black melihat ke bawahnya, bagaimana hidupnya kalau "itu"nya di potong habis, bisa — bisa Negara Blacktan akan musnah karena keturunannya tidak akan pernah bisa lahir.
"Semuanya?” tanya Mr. Black ketakutan.
"Hahahhaha ya nggak lah, kasihan dong istri kamu kalau itunya habis dipotong,” kata Jihan sambil tertawa.
"Kamu ya yang kasian,” kata Mr. Black masih cemas dan takut
"Hahhahaha bukan Hanzel, gila saja kalau semuanya hanya sedikit di ujung saja, saya sih tidak terlalu tahu bagian mana yang dipotong, tapi saya bisa pastikan bukan semuanya kalau semua bisa-bisa laki-laki muslim di Indonesia nggak punya "itu” dong,” Jihan tidak berhenti tertawa melihat keluguan Mr. Black.
"Oke, besok temani saya sunat ya .kamu harus dampingi selama saya disunat,” kata Mr. Black, Jihan yang sedang melipat mukenanya terbatuk-batuk, gila saja lihatin bule sunat, bisa-bisa... ah sudahlah.
"Saya nggak boleh masuk, kamu jangan kuatir, sekarang teknologi sudah maju, masalah motong memotong cuma sebentar saja,”tolak Jihan.
"Pokoknya kamu temani atau saya tidak mau disunat." ancam Mr. Black.
“Aduh si bule ini gila saja nyuruh perawan lihatin dia sunat, mana belum muhrim, ada — ada saja deh ulah si bule ini. Tapi daripada dia batalin rencana dan niatnya lebih baik diiyakan saja,” gumam Jihan dalam hati.
"0ke oke," balas Jihan yang telah mempunyai rencana untuk bisa kabur besok.
****
"JIHANNNNN KAMU AWAS YA! DIBILANGIN JANGAN PERGI EH DIA MALAH KABUR,"teriak Mr. Black ketika akhirnya dia melakukan sunat dan Jihan dengan banyak akal berusaha keluar dari ruangan tempat dilakukan sunat. Dokter dan suster hanya bisa tertawa melihatku malu-malu mau melihat "itu"nya bule.
"Hehhehehe maaf ya Hanzel, bukan nggak mau nemenin, tapi kita belum menikah, saya mana boleh lihat "itu" kamu duluan, pamali.”Mr. Black berpikir keras, benar juga apa yang dibilang Jihan, apalagi saat Mr. Black melihat wajah malu-malu tapi pengen lihat Jihan.
"Tapi sakitttt nih," rengek Mr. Black yang sedang memakai sarung.
"Dikit aja kok... nanti saya buatkan bubur, kamu tidur di kamar saja sampai sembuh," kata Jihan berusaha menenangkan Mr. Black yang masih meringis menahan sakit.
Ponsel Mr. Black berdering dan Mr. Black melihat siapa yang menghubunginya "Fake Princess"
"Kok nggak diangkat Hanzel?" tanya Jihan yang melihat Mr. Black mereject orang yang menghubunginya.
"Tidak penting," jawab Mr. Black.
"Oooo ya sudah sini saya bantu jalannya," Jihan memegang tangan Mr. Black yang masih kesakitan dan membuat jalannya jadi lucu. Jihan berusaha menahan tawa melihat ringisan Mr. Black.
"Sakit banget yah?" tanya Jihan.
"Banget, kasihan junior saya dan kamu mesti tanggung jawab nih."
"Maksud kamu?"
"Nanti kamu hembus ya biar tidak sakit lagi," goda Mr.Black, wajah lugu Jihan langsung berubah menjadi merah padam.
"HANZEL m***m BANGETTTT!" Jihan mencubit pinggang Mr. Black.
****
Tanpa terasa sudah satu minggu Jihan berada dirumah Mr. Black, Mr. Black juga sudah melakukan semua yang diinginkan Jihan, akhirnya Mr. Black mengucapkan dua kalimat syahadat dan sudah memeluk islam sejak beberapa hari yang lalu, Jihan juga mulai mengajarkan Mr. Black sholat, mengaji dan pelajaran islam lainnya dan Mr. Black semakin antusias semenjak Jihan dengan sabarnya mengajarkan dengan penuh kesabaran.
"Hanzel, semuanya sudah siap besok kita bisa menikah, apa kamu sudah siap?” tanya Jihan.
"Sudah...” jawab Mr. Black yang sibuk dengan bacaan tentang islam.
"Oke, Hanzel saya boleh izin pergi Ke rumah sakit? Saya ingin ketemu Ibu,”
"Boleh, perlu saya antar?”
"Tidak usah, saya bisa pergi sendiri,” kata Jihan menolak kebaikan Mr. Black.
"Ini,” Mr. Black menyerahkan sebuah kunci mobil.
"Ini apa Hanzel?” tanya Jihan bingung
"Mobil, mulai hari ini itu milik kamu, saya tidak mau kamu pergi menggunakan taksi atau bus, kamu bisa menyetirkan?”
"Tapi ini berlebihan dan ini pasti mahal, saya naik taksi saja,” kata Jihan menolak dan memasukkan kunci tadi ke dalam saku kemeja kerja Mr. Black.
"Bawa atau saya yang antar,” Jihan yang ingin pergi kesuatu tempat tanpa sepengetahuan Mr. Black akhirnya mengalah dan mengambil kunci itü kembali.
"Saya permisi Hanzel, makanan sudah saya siapkan dan jangan lupa dihabiskan"
"Iya.” Jihan melangkahkan kakinya kesebuah tempat yang paling ingin dihindarinya,sebuah tempat dimana masa lalunya,cinta pertamanya dan kenangan mereka terjalin di sini sebelum peristiwa itu merenggut semuanya.
"saya akan hapus kamu dari hati dan otak saya mulai besok...Kalva,” Jihan menghapus air matanya.
Hatinya kembali sakit mengingat kejadian beberapa bulan lalu, ketika memergoki laki-laki itü sedang berdua dengan wanita yang dia tidak kenal di sebuah hotel.
“Ah sudahlah Jihan buat apa datang ke sini lagi,” gumam Jihan, Jihan meninggalkan taman tempat mereka dulu pernah mengucapkan janji untuk terus mencintai.
“Semoga kalian bahagia,” ujar Jihan dengan lirih.
****