Mr. Black menggenggam tangan penghulu yang akan menikahkan mereka, ya hari ini akhirnya resmi Mr. Black memperistri Jihan. Walau yang diketahui Jlhan kalau ini hanya pernikahan siri tapi tidak dengan Mr. Black segala upaya dia lsayakan agar pernikahan ini resmi di mata hukum dan agama, tapi Jihan belum saatnya tau dan biarlah dia berpikir ini hanya pernikahan siri.
"Hanzel kamu yakin?” tanya Jihan sekali lagi.
"Sangat yakin,” balas Mr. Black dengan bisikan di telinga Jihan.
Mr. Black dengan mantap duduk di samping Jihan dan akan mengikuti ucapan akad nikah dari penghulu, mati — matian Mr. Black belajar bahasa Indonesia demi bisa memberikan kejutan kepada Jihan.
"Saya nikahkan engkau Hanzel Black dengan Jihan Halimah Binti Harimukti dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunaiiii.”
"Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Halimah Binti Harimukti dengan mas kawin tersebut diayar tunaiiii,” dengan tidak terpatah — patah Mr. Black mengucapkan akad nikah.
"Sah saksi?” tanya penghulu
"Sahhhhhh,” jawab para saksi.
"Baiklah dengan begitu kalian sudah sah sebagai suami istri. Tolong ditanda
Tangani,” kata penghulu menyerahkan selembar surat dan dua buah bükü nikah.
"Loh kok pakai buku nikah?”tanya Jihan.
"Iya walau nikah siri sekalipun tetap pakai buku nikah tapi bukunya KUA yang megang,” bohong penghulu yang sudah bekerjasama dengan Mr. Black. Dan untungnya Jihan percaya dan tidak banyak tanya lagi dan langsung menanda tangani buku itu.
"Kamu milik saya selamanya Baby," kata Mr. Black ke arah Jihan yang bingung dengan bahasa yang dikeluarkan Mr.Black.
"Hanzel...”
"Ya.”
"Boleh nggak kalau ngomong sama saya jangan pake bahasa Negara kamu, pokoknya kalau kamu keluarkan bahasa Negara kamu saya marah dan akan ada hukuman,” kata Jihan mengancam.
Mr. Black tertawa melihat wajah Jihan yang manyun, ingin rasanya dia mengecap bibir istrinya itu tapi sekarang belum waktu yang tepat.
"Kenapa saya tidak boleh berbicara dengan bahasa saya?” tanya Mr. Black
"Saya tidak mengerti dan saya tidak mau kamu berbicara tanpa saya tau artinya.”
"Hahahhahahha jadi kamu mau tau artinya apa? Oke saya akan ajarkan, bagaimana?” tawar Mr. Black.
Jihan kelihatan antusias.
"Oke istriku, saatnya mengajarkan kamu sebagai seorang calon ratu dan akan dimulai hari ini,” batin Mr. Black.
“1ya iya saya mau, saya nggak mau kamu membicarakan saya dengan bahasa yang tidak saya mengerti,” Jihan berdiri dari tempat mereka melaksanakan akad nikah dan berjalan ke kamarnya.
"Jlhan.”
"Kenapa Hanzel?” tanyanya saat mendengar Mr. Black yang memanggilnya.
"Tidak apa-apa kamu ganti baju dulu, nanti kita bicara lagi,” kata Mr. Black yang melihat Jihan sudah tidak nyaman dengan sanggul mini yang dipasangnya.
"Iya.”
Setelah memastikan Jihan masuk ke kamar, Mr. Black meminta buku nikah kepada penghulu yang menikahkan mereka.
"Terima kasih atas bantuannya pak, saya sangat berterima kasih,”
"Simpan buku ini, ini satu — satunya bukti kalau kalian suami istri sah secara agama dan hukum, istri kamu terlalu lugu dan saya harap kalian bisa berbahagia,” penghulu menyalami Mr. Black dan meminta izin untuk pergi.
"Iya pak, saya akan bahagia,” Mr. Black memandang buku nikah itu.
"Ny. Black, ini senjatsaya untuk bisa mengikatmu nanti,” batin Mr. Black dan dia menghubungi orang kepercayaannya.
"Ya Pangeran, saya sudah di Indonesia."
"Oke tunggu saya di hotel, nanti malam kita bertemu."
"Baik Pangeran."
Mr. Black ingin buku dan surat perjanjian yang dia pegang disimpan oleh Pete di tempat yang aman, karena belum saatnya Jihan tau masalah ini, Mr. Black ingin Jihan menaruh hati kepadanya dan belajar menjadi ratu dulu sebelum dibawa ke Negara Blacktan.
****
"Ada yang bisa saya bantu Pangeran?" tanya Pete dengan sangat hormat kepada calon raja masa depan negaranya.
"Santai saja Pete, kita bukan di Blacktan, panggil saja Hanzel," kata Mr.
Black dengan santai.
”1tu tidak sopan pangeran, dan saya diajar protokol istana untuk menghormati pangeran.”
"Ini bukan di istana dan saya perintahkan kamu mengikuti mau saya,” kata Mr. Black tajam.
"Baiklah Hanzel,” katanya agak gugup.
"Santai saja Pete, kita seumuran dan saya sudah menganggap kamu sebagai teman, ah iya terlalu asyik membahas panggilan, saya ingin kamu menyimpan dokumen ini,” Mr. Black menyerahkan amplop coklat kepada Pete.
"Apa ini Hanzel?”
"Dokumen calon ratu pilihanku, jangan sampai ada yang tau akan dokumen ini, dan saya harap kamu menyimpannya sampai saat dibutuhkan,” ujar Mr.Black dengan yakin.
"Apa anda sudah bertemu dengan ratu impian yang anda cari Hanzel?” tanya Pete penasaran.
"Sudah dan sebentar lagi saya akan bawa dia ke Negara kita,” jawab Mr. Black dengan bangga.
"Bagaimana dengan Raja dan Ratu mereka tidak akan menerima wanita yang bukan berasal dari negera Blacktan,”ujar Pete mengingatkan bagaimana kolotnya orangtua Mr. Black tentang istri dari penerus kerajaan Blacktan.
"Mereka akan menerima karena dia sudah sah menjadi istri saya,”balas Mr. Black.
"Semoga mereka mengerti Hanzel.”
"Baiklah Pete kamu boleh pergi, untuk sementara kamu di Indonesia saja dan tinggal di apartemen saya saja,” Mr. Black menyerahkan kunci apartemennya kepada Pete.
"Terima kasih Hanzel,”
****
Mr. Black tiba di rumah ketika jarum jam menunjukkan pukul satu Pagi, pertemuannya dengan Pete cukup menghabiskan waktu.
"Jihan..." dengan pelan Mr. Black membuka pintu kamar Jihan yang tidak terkunci. Jihan sedang berbaring di sebuah sofa dengan memakai Mukena.
"Sayang kenapa tidur di sini?" Mr. Black mengelus pipi Jihan yang menurutnya sangat cantik saat mengenakan Mukena.
Mr. Black membuka satu persatu mukena yang masih terpasang di tubuh Jihan dan mengangkat Jihan untuk dipindahkan ke ranjang. Mr. Black menarik selimut dan menutupi tubuh Jihan yang seperti kedinginan.
"Good Night My Queen," Mr. Black mencium kening Jihan dan berlalu meninggalkan Jihan yang dikiranya sudah tertidur.
Ketika Mr. Black menutup pintu, Jihan membuka matanya dan memegang dadanya yang tidak berhenti berdetak semenjak Mr. Black memanggilnya sayang.
"Kenapa jantung aku jadi tidak berdetak normal setiap berdekatan dengan dia,”gumam Jihan.
"Jihan,tidak boleh! Aku tidak boleh jatuh cinta!” batin Jihan melarangnya jatuh cinta kepada Mr. Black tapi hatinya kenapa selalu merasa ingin dekat dengan laki-laki asing itu.
"Jihan kamu hanya istri bayaran jangan berharap terlalu tinggi,” ya jangan berharap terlalu tinggi, Jihan takut terluka lagi dan saatnya dia membuat batas tinggi kepada Mr. Black.
****
"Pagi Jihan,” sapa Mr. Black ramah dan dengan reflek Mr. Black mencium kening Jihan. Jihan yang kaget hanya bisa diam membisu karena jantungnya kembali berdetak tidak normal.
"Pa ...Pagi Hanzel, nyenyak tidurnya?” balas Jihan senormal mungkin.
"Sangat, ya walau kamu tidak tidur disisi saya seperti seharusnya istri, tapi ya sudahlah,”wajah Mr. Black sengaja dibuat sedih agar Jihan luluh.
"jangan mulai Hanzel."
"Oke oke maaf, by the way hari ini saya akan mengajarkan bahasa Negara Blacktan kepada kamu," ujar Mr. Black.
"Jadi nama Negara kamu Blacktan?" tanya Jihan.
"Iya dan karena saya ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, saya sudah mendatangkan guru yang akan mengajarkan kamu sejarah dan bahasa Negara Blacktan," ujar Mr. Black.
Dia sudah meminta Pete menjadi guru pendamping untuk mengajarkan apapun ke Jihan tentang negara Blacktan dan Pete pun menyanggupinya.
"Ya ampun segitunya, tidak perlu Hanzel, terlalu merepotkan."
"Tidak apa - apa My Queen, itu guru private untuk melatih kamu menjadi ratu," balas Mr. Black Iagi — Iagi dengan bahasa negaranya.
"Nah mulai Iagikan dan akan ada hukumannya," balas Jihan bete karena Mr. Black bicara dengan bahasanya Iagi.
"Hahhahahah sorry saya lupa, kamu mau hukum apa?" tanya Mr. Black yang antusias melihat apa hukuman yang akan diberikan Jihan.
Jihan tertawa dengan senyum evilnya.
"Jangan salahkan saya Hanzel," Jihan berdiri dan berjalan menuju kulkas dan mengambil sesuatu.
"Ini."
Jihan meletakkan tiga buah jengkol dihadapan Mr. Black dan wajah Mr.Black menjadi merah.
"Jangan bilang kamu suruh saya makan ini mentah — mentah," Jihan mengangguk santai dan membuka kulitnya lalu meletakkan tiga buah jengkol ke piring makan Mr. Black.
"Jangan yang ini dong Jihan, bauuuuu!"
Jihan mengingat pertama kalinya bule ini makan jengkol, awalnya lahap dan lama — lama bikin dia eneg dan muntah mencium aroma mulutnya sendiri.
"No no no, hukuman ya hukuman."
Mr. Black dengan terpaksa menggigit satu persatu buah yang mempunyai aroma parah itu. Jihan tertawa terpingkal — pingkal melihat wajah Mr. Black memerah. Mr. Black yang kesal dengan ulah Jihan berjalan ke arahnya dan menghentikan tawa Jihan dengan mencium bibirnya.
Cup.
"Sudah puas tertawakan saya?" tanya Mr. Black yang tersenyum melihat reaksi Jihan.
Jihan mematung dan menghentikan tawanya. Dia kaget mendapat serangan ciuman mendadak seperti tadi.
"Han..Hanzelll kamu apain saya?" tanya Jihan gugup.
"Menghentikan tawa menyebalkan kamu," jawab Mr. Black asal.
"Tapi..." tangan Jihan dengan reflek memegang bibirnya.
"Ya Tuhannnnnn kenapa rasanya manis," batin Jihan
"Astaga Jihan..." kata batinnya Iagi.
Batin Jihan bergejolak dan dia bingung dengan semuanya. Kakinya meninggalkan Mr. Black yang masih tertawa melihat reaksi Jihan yang tidak menjauhkan tangannya dari bibirnya.
"Jihan...." Panggil Mr. Black Iagi.
"Mmmmm," balas Jihan.
"Bibir kamu manis, I like it," Iagi-lagi dengan bahasa negaranya.
Jihan yang hanya mengerti kata-kata terakhirnya menjadi tersipu malu,
"Ya Allah apa bisa aku menahan diri supaya tidak jatuh cinta kepadanya?" tanyanya
dalam hati.
Tbc