Pagi harinya terdengar suara bel berbunyi, Jihan yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan untuk Mr. Black berlari menuju pintu dengan masih menggunakan apron. Jihan melihat seorang pria bule berdiri di depan pintu rumahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jihan
"Saya Peter Hansky, saya disuruh pange... maksud saya Hanzel untuk datang," Jihan mengerti dan menyuruh laki-laki itu untuk masuk.
"Silakan masuk, tunggu saya akan panggilkan Hanzel nya ya," Jihan mempersilakan Pete untuk duduk dan dia masuk ke dalam kamar Hanzel.
"Hanzel..." Jihan mengetuk pelan kamar Mr. Black, tapi tidak ada jawaban.
"Apa dia masih tidur ya?" Sekali lagi Jihan mengetuk pintu itu.
"Hanzel,” Tetap tidak ada jawaban.
Jihan mencoba membuka pintu itu dengan pelan dan untung saja tidak terkunci. Jihan berjalan dengan menjijit agar suara langkahnya tidak terdengar dan membuat bangun Mr. Black. Jihan melihat Mr. Black masih tertidur dengan posisi menelungkup tanpa pakaian.
"Astagaaa," Jihan menutup matanya dan mendekati ranjang Mr. Black dan mencoba menjangkau tubuh Mr. Black.
Tetapi karena matanya ditutup Jihan tidak menyadari ternyata tangannya sudah meraba daerah sensitive Mr. Black.
"Hanzel," Jihan masih meletakkan tangannya di paha Mr. Black.
Mr. Black hanya mendesah karena sentuhan itu,Mr. Black mengira dia bermimpi.
“Ada tamu mencari kamu di luar,”ujar Jihan sambil menggoyangkan paha Hanzel.
Goyangan di paha Mr. Black semakin kuat dan itu cukup membangunkan Mr. Black dan juga membangunkan juniornya.
"Jihan...” Mr. Black melihat Jihan lalu melihat tangan Jihan yang menyentuh pahanya.
"Jihan, kamu sudah membangunkan adik saya,”ujar Mr. Black dengan wajah menahan hasrat yang terpendam.
"Adik? Memangnya kamu punya adik Hanzel? Eh ngomong-ngomong pakai dulu baju kamu...”Jihan baru sadar kalau Hanzel sedang tidak memaki baju dan itu membuatnya gerah.
"Hahhahaha kenapa? Lagian kita sudah menikah, tidak masalah kalau kamu melihat apalagi menyentuh seperti kamu menyentuh adik saya tadi,”balas Mr. Black.
"Adik adik mulu sih buruan, saya mau lihat yang mana adik kamu?” Jihan semakin penasaran dan ingin tahu kenapa Mr. Black selalu membahas adik di depannya.
"Iya iya saya akan pakai baju,” Mr. Black berdiri dari posisinya tidur lalu memakai kausnya, Jihan masih menutup matanya walau dalam hati ingin rasanya dia mengintip sedikit tapi Jihan masih bisa menahannya.
"Sudah, buka mata kamu,”ujar Mr. Black.
Jihan menggeleng lalu mengangkat tangannya untuk memeriksa apakah benar Mr. Black sudah memakai bajunya, Jihan meraba bagian atas hingga bawah dan akhirnya Jihan menghela napas lalu membuka mata dan betapa kagetnya Jihan ternyata tangannya semakin mendekati junior Mr. Black
"Kamu harus tanggung jawab Jihan karena sudah membangunkan adik aku,” Mr. Black menunjuk arah juniornya dengan bibirnya.
"Astagggaaaa kamu ini,maaf saya tidak sengaja lagipula siapa yang menyuruh kamu tidur tidak pakai baju,”cibir Jihan.
"Hahahhaha ya inikan kamar saya dan saya memang terbiasa tidur tidak pakai baju, jadi kalau suatu saat kamu minta aku melakukan kewajiban suami istri ya kita tidak perlu buka baju lagi soalnya kelamaan.” Mr. Black semakin menggoda Jihan dengan ucapan-ucapan nakalnya.
Jihan yang kesal Mr. Black meledeknya dengan cepat mencubit paha Mr. Black.
”Awwww ih kamu sudah berani main cubit - cubitan,” Mr. Black menarik apron Jihan dan Jihan langsung mendekat ke tubuh Mr. Black.
"Adik saya ingin mencari tempat berteduh di tubuh kamu Jlhan," kata Mr. Black dan itu berhasil membuat Jihan merona merah dan juga malu.
"Hanzel,” Jihan semakin salah tingkah dan berusaha melepaskan pelukan Mr. Black.
"Lima menit ... Lima menit biarkan seperti ini agar adik saya kembali tidur ya ... sakit soalnya kalau tidak ada pelampiasan," Mr. Black tertawa m***m dan Jihan kembali mencubit dan kali ini di d**a Mr. Black.
"Stop mencubit saya Jihan, lebih baik kamu mencium saya daripada menyakiti tubuh saya,” Mr. Black melepaskan pelukannya dan meletakkan tangannya di bahu Jihan, Mr. Black menarik tubuh JIhan agar kembali mendekat padanya lalu dia mencium bibir Jihan dengan lembut.
Cup
Mr. Black dengan cepat mencium bibir Jihan.
"Kamu sudah melanggar peraturan kita Hanzel dan saya tidak suka," wajah merah Jihan berubah.
"Peraturan dibuat untuk dilanggar Jihan dan saya bukan tipe laki-laki yang akan mematuhi peraturan," wajah Mr. Black pun lebih serius dibandingkan tadi.
"Perjanjian ini bisa batal..." balas Jihan tidak mau kalah.
"Tidak semudah itu,” kata Mr. Black dan lagi — lagi menggunakan bahasanya.
"Kamu nyebelin@” Jihan berusaha melepaskan pelukan Mr. Black.
"Kamu cantik banget pagi ini, apa bisa nanti malam saya tidur di kamar kamu?” kata Mr. Black serius.
"HANZELLLLLL!” teriak Jihan sambil berkacak pinggang.
"Hahahhahaha iya iya segitu takutnya kamu, tapi kalau saya tidak dizinkan tidur di kamar kamu maka saya yang izinkan kamu yang tidur di sini, pintu selalu terbuka untuk kamu,”Mr. Black semakin menggoda Jihan.
"Sudah ah kamu menggoda saya, ada tamu di luar, namanya Peter Hansky.”
"Ah iya ... tunggu sebentar, saya mandi dulu, kamu temani saja dia dulu.”
"lya.”
Jihan dilepaskan Mr. Black dan keluar dari kamarnya.
"Saya tahu kamu suka dengan sentuhan dan ciuman tadi Jihan, detak jantungmu tidak bisa berbohong, saya tidak suka menunggu terlalu lama. Nanti malam ... nanti malam kamu akan menjadi milikku.”
****
"Hai Hanzel,” Pete berdiri dan ingin memberi salam khas untuk pangeran.
Mr. Black memberi tanda agar Pete jangan melakukan itu, Mr. Black takut nanti Jihan curiga.
"Jihan, perkenalkan ini Peter Hansky, guru yang khusus saya bawa untuk mengajarkan kamu apapun tentang Negara saya,”ujar Mr. Black memperkenalkan Pete ke Jihan.
Jihan terpana saat sadar Mr. Black benar-benar melakukan ucapannya.
"Ternyata kamu benaran Hanzel, saya kira kamu bercanda, ini terlalu berlebihan, cukup kamu saja yang mengajarkan saya,” ujar Jihan tidak enak.
"Tidak,dia lebih berpengalaman daripada saya dan dia tidak saja hanya mengajarkan bahasa tapi sejarah, tata krama dan juga budaya Negara Blacktan.”
"Memangnya buat apa saya mengetahui semua itu?” tanya Jihan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Karena suatu saat saya akan membawamu ke sana untuk berlibur,”balas Mr. Black.
"Hahhahaha kamu ini selalu berlebihan, lebih baik uangnya disumbangkan untuk anak yatim, saya cukup tinggal di sini bersama Bunda dan abang saya,”tolak Jihan.
"Mereka akan saya ajak jalan — jalan ke sana juga,” kata Mr. Black yang takut nantinya Jihan tidak mau mengikutinya.
Pete hanya bisa tertawa melihat pangerannya berusaha berbohong untuk calon ratu masa depan negaranya.
"Hanzel, ini terlalu berlebihan.”
Hanzel memberi tanda agar Pete memutar badannya.
"Saya lakukan ini karena kamu istriku, My Queen..." Mr. Black mencium bibir Jihan.
Entah sejak kapan Jihan tidak marah atau menolak ciuman yang diberikan Mr. Black.
"Hanzel ... ada Pete," bisik Jihan yang malu karena Mr. Black menciumnya di depan Pete.
"Kamu tenang saja, dia tidak akan ngintip kok," balas Mr. Black di telinga Jihan dan hembusan nafas Mr. Black membuatbulu roma Jihan berdiri.
Dirinya panas membara akibat hembusan itu.
“Saya…” Jihan benar-benar salah tingkah.
"Hahhaha kenapa gugup sayang?"
"Hanzel.... Ih kamu ini!"
"Hahhahah ya sudah sepulangnya Pete kita lanjutkan, ayo kita mulai pembelajaran kita," Mr. Black mengajak Jihan menuju ruang kerjanya begitu juga Pete.
"Baiklah Pete hari ini saya akan mengawas kalian, lain kali kamu saja yang mengajarkan My Queen untuk mengenal Negara kita," kata Mr. Black kepada Pete dengan menggunakan bahasa mereka.
"Baik Pangeran ... eh Hanzel," Pete menyunggingkan senyumnya.
Mr. Black duduk di sofa, matanya tidak pernah beralih dari sosok Jihan yang antusias untuk belajar.
"Baiklah Ny. Jihan kita akan mulai dengan belajar bahasa Negara Blacktan."
Pete sibuk menerangkan satu persatu bahasa dan sastra Negara Blacktan,
Jihan yang bertipe ingin belajar dan cepat menangkap apa yang diajarkan, tidak terlalu sulit menghapal atau mengerti apa yang diajarkan Pete. Tidak lupa Pete memberikan sebuah kamus bahasa Negara Blacktan untuk Jihan.
Mr. Black terkagum — kagum melihat pesatnya kemampuan Jihan menerima setiap ajaran yang diberikan Pete.
"Saya tidak salah memilih kamu My Queen,” kata Mr. Black.
Jihan menoleh dan melihat Mr. Black.
"Saya dengar Hanzel dan saya sedikit mengerti, sekarang kamu tidak bisa membicarakan apapun di depanku tanpa saya tahu artinya,” balas Jihan dengan bahasa Negara Blacktan
"Wow, hanya sehari dan kamu mengerti! Salutttt dan hebattt!”puji Mr. Black.
Mr. Black berdiri dari sofanya dan bertepuk tangan
"Saya hanya meniru apa yang saya dengar dari mulut kamu Hanzel dan aku mencoba menjawabnya, hehehehe ternyata benar ah sayasemakin penasaran dengan Negara Blacktan,”ujar Jihan dengan girang.
Pete yang senang calon Ratu negaranya antusias, memberikan kode oke kepada pangerannya.
"Baiklah Jihan, pelajaran hari ini sudah cukup, besok kita lanjutkan.”
"Maaf Pete, lusa saja ... saya dan Jihan mau pergi ke suatu tempat besok dan kami tidak ingin diganggu," ujar Mr. Black.
"Baiklah Hanzel saya mengerti dan Jihan saya permisi dulu," Pete pun meminta izin untuk pulang.
"Terima kasih Pete atas pelajarannya, saya suka dan menikmatinya."
"Sama — sama."
****
Malam harinya Mr. Black berdiri di depan dapur dan melihat Jihan yang masih sibuk mempersiapkan makan malam buat mereka.
Mr. Black kagum dengan istrinya itu, cantik, pintar dan juga pandai membahagiakan perutnya, hanya satu lagi yang belum bisa dia buktikan, membahagiakan Mr. Black sebagai seorang suami.
"Jihan," Mr. Black memeluk Jihan dari belakang.
Jihan yang sedang memasak omelet menjadi kaget dan menjatuhkan piring yang dipegangnya
"Astagaaaa Hanzel lihat ini piring jadi pecah,” kata Jihan kesal
“Tidak apa-apa besok saya akan belikan yang baru...”
Jihan menjadi geram mendengar perkataan Mr. Black yang selalu mengukur apapun dengan uang.
"Saya tidak suka kamu selalu membicarakan apapun dan ujung - ujungnya selalu menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah,”geram Jihan dengan kesal.
"Maaf,” Mr. Black meletakkan kepalanya di bahu Jihan.
"Kamu kenapa lagi, lepas dulu pelukannya saya tidak nyaman Hanzel,”JIhan semakin salah tingkah.
"Temani saya tidur malam ini Jihan, PIease!”pinta Mr. Black dengan wajah memelas.
"Hanzel, apa kamu mau perjanjian ini batal?”ancam Jihan.
"Tidak.”
"Kalau begitu jangan seperti ini, saya tidak suka,” Jihan menghempaskan tangan Hanzel.
"Kenapa tidak suka? Saya ini suami kamu ... saya berhak!” emosi Mr. Black
terpancing akan penolakan Jihan.
"Kita menikah karena kamu membayar saya dan saya sudah bilang pernikahan ini tanpa s*x dan juga tanpa cinta,” balas Jihan.
"Saya akan membayar lebih asal kamu mau tidur sama saya,”Mr. Black terpancing berkata tidak sepantasnya.
Plakkkkkkk
"Saya bukan p*****r Hanzel...” Jihan membuka apronnya dan berlari menuju kamarnya, air matanya tidak berhenti mengalir. Hatinya sakit mendapat penghinaan seperti itu oleh Mr. Black.
"Jihan...” Mr. Black merasa menyesal mengeluarkan perkataan yang sebenarnya tidak dia inginkan. Mr. Black melakukan itu, supaya Jihan menjadi miliknya seutuhnya dan dengan b******a dia bisa mengikat Jihan.
Egois, memang egois sikap dan tindakan Mr. Black tapi semua ini dia lakukan karena dia menginginkan Jihan seutuhnya.
"Jihan... maafkan saya,” Mr. Black menggedor kamar Jihan.
"Saya tidak mau bertemu kamu Hanzel... kamu jahat!”teriak Jihan berlinang airmata.
"Maafkan saya!”balas Mr. Black.
"Saya bukan p*****r Hanzel... bukan... apa kamu kira saya ikhlas menjual harga diri saya demi uang? Tidak, saya tidak ikhlas kalau bisa memilih lebih baik saya mati daripada kamu membeli saya!”balas Jihan.
"Tidak Jihan ... tidak... jangan pernah katakan itu, saya bersalah ... saya sangat bersalah, maafkan saya Jihan. Saya tidak akan maksa kamu menerima saya, saya tidak akan pernah memaksa kamu melayani saya tapi jangan seperti ini,”Mr. Black benar-benar menyesal sudah menyakiti hati Jihan.
Hening... hanya tangisan yang terdengar dari kamar Jihan.
"Jihan...”
"Tidurlah Hanzel... sepertinya kita sudah lelah, dan jangan lupa makan, maaf saya sudah tidak mood untuk memasak lagi,” Jihan mematikan lampunya dan berbaring di ranjangnya.
"Aku tahu itu tugasku untuk melayani kamu Hanzel, karena aku istri kamu... tapi... tapi aku takut... suatu saat kamu akan pergi dan meninggalkan aku... kembali ke negara kamu... aku tidak mau... tidak mau suatu saat nanti kamu meninggalkan benih di rahimku sedangkan kamu sudah tidak akan pernah kembali ke sisiku,” kata Jihan dalam hati dan kembali menitikkan airmatanya.
"Ya sudah ... kamu istirahat dulu ya... good night My Queen dan saya sangat membutuhkan kamu,” kata Mr. Black dengan bahasa negaranya.
Jihan menutup mulutnya. Menahan agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Hanzel.
****
Tbc