Pagi harinya.
Mr. Black berdiri di depan kamar Jihan, sudah satu jam dia berdiri tanpa mengetuk atau memanggil nama Jihan, hanya berdiri menyesali apa yang terjadi tadi malam. Setelah berpikir panjang dan akhirnya Mr. Black memutuskan untuk memberikan waktu kepada Jihan untuk bisa menerimanya sebagai suami, mencintainya dan mau melakukan tugas sebagai istri dengan ikhlas dan tanpa paksaan.
Tok tok tok.
Mr. Black mengetuk pintu kamar Jihan.
Hening tanpa jawaban.
Tok tok tok.
Masih hening.
"Jihan, buka pintunya saya mau bicara tentang tadi malam," kata Mr. Black dengan penuh penyesalan.
Tetap hening dan tanpa jawaban dari Jihan.
Mr. Black panik, dia takut Jihan kabur dan meninggalkannya.
"Jihan buka pintunya atau saya akan dobrak pintu ini, jangan buat saya kuatir! " Mr. Black meletakkan telinganya ke pintu kamar Jihan, tidak terdengar apapun dari dalam tetapi pintunya terkunci.
Mr. Black bersiap — siap untuk mendobrak pintu saking takutnya sesuatu hal yang buruk menimpa Jihan di dalam kamarnya.
Brakkkkk
Pintu terbuka dan Mr. Black bergegas mencari keberadaan Jihan, kaki Mr. Black terhenti saat melihat Jihan tidur berselimutkan selimut tebal dan terdengar suara igauan dari mulut Jihan.
"Jihan, kamu kenapa?" tanya Mr. Black panik dan memegang tangan Jihan.
"Tangan kamu panas sekali, kamu sakit?” Mr. Black menyentuh jidat Jihan yang basah oleh keringat dingin.
"Sebentar saya panggilkan dokter,” Mr. Black mengambil ponsel Jihan.saat dia hendak menekan nomor telepon Pete, Mr. Black tertegun melihat di wallpaper ponsel itu foto Jihan dengan seorang laki-laki yang bergandengan tangan di sebuah taman.
"Siapa laki-laki ini?” tanya Mr. Black penasaran, tetapi melihat keadaan Jihan yang sedang sakit, kecemburuan dan pertanyaan tentang laki-laki itu di tundanya dan dia menghubungi Pete.
"Pete."
"Ya Hanzel.”
"Kirim seorang dokter dan perawat ke rumah, istri saya sakit tolong segera bawa dokter ke sini.”
"Baik Hanzel.”
Mr. Black membuka folder foto di ponsel Jihan, terlihat folder khusus yang bertuliskan "Lelakiku" Mr. Black satu persatu membuka dan melihat foto Jihan dengan laki-laki itu. Hati Mr. Black panas dan sakit, sangat teramat sakit.
"Apa karena laki-laki ini kamu menolak saya Jihan? Apa dia lebih berharga daripada saya, suamimu yang fotonya saja tidak ada kamu simpan," emosi Mr. Black naik dan dia menghapus satu persatu isi folder itu.
"Maafkan saya Jihan, kamu pasti marah tetapi selama kamu masih menjadi istri Hanzel Black, jangan harap laki-laki lain bisa merebut kamu dari saya," kata Mr. Black dengan berapi — api.
****
Tidak lama Pete datang bersama seorang dokter untuk memeriksa kondisi Jihan, Mr. Black masih panik saat demam Jihan tidak kunjung turun bahkan semakin meninggi.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Mr. Black dengan panik.
"Nyonya mengalami demam saja, ini resep sudah saya buatkan dan jangan lupa diminum obatnya," balas dokter itu.
"Terima kasih dok, Pete tolong antar dokter dan tebus resep di apotik," ujar Mr. Black memberi perintah kepada Pete untuk menebus obat yang diberikan dokter tadi.
"Baik Hanzel."
Mr. Black mengambil laptop dan masuk kekamar Jihan, hari ini dia akan bekerja di rumah sekalian menjaga Jihan.
Panas badan Jihan belum turun dan igauan dari mulutnya tidak berhenti keluar. saat Mr. Black masih sibuk dengan pekerjaannya, ponsel Jihan berbunyi. Mr. Black berniat mengangkatnya.
"Halo."
Tut tut tut
Baru mengucapkan halo panggilan itu dimatikan, Mr. Black melihat tidak ada nama penelepon. Mr. Black kembali meletakkan ponsel di nakas. Mr. Black mengganti handuk kompresan di kening Jihan.
"Cepat sembuh My Queen, jangan buat saya sedih melihat istri cantik saya sakit seperti ini,"Mr. Black mencium kening Jihan.
"Hanzel," Terdengar Jihan menyebut nama Mr. Black.
"Iya Jihan, saya di sini … saya selalu di sini untuk kamu," balas Mr. Black.
"Hanzel," panggil Jihan lagi.
"Dingin ... dingin ..." igau Jihan sambil merapatkan dua tangannya di d**a.
Mr. Black menarik selimut dan menutupi tubuh Jihan. Tapi Jihan masih tetap kedinginan, padahal AC sudah dimatikan.
Pete yang sudah selesai menebus resep mengetuk pintu kamar Jihan dan Mr. Black dengan cepat membuka pintu dan mengambil Obat untuk diminum Jihan.
"Pete saya tidak mau diganggu oleh siapapun, saya ingin merawat istri saya di rumah. Kamu urus semua pekerjaan saya," ujar Mr. Black masih dengan wajah cemas.
"Baik Hanzel, selamat pagi," kata Pete dengan sopan.
"Pagi," Mr. Black menutup pintu dan mulai memberi satu persatu obat untuk diminum Jihan.
"Hanzel, pahit obatnya," kata JIhan menolak saat Mr. Black memberikan obat.
"Obat ini tidak pahit, kamu akan sembuh setelah meminum obat ini," balas Mr. Black.
"Saya tidak mau," kata Jihan sedikit manja.
"Jihan, kalau tidak minum obat kamu tidak akan sembuh," balas Mr. Black.
"Tidak mau..." kata Jihan tetap menolak bahkan cenderung menutup mulut dengan tangannya.
Mr. Black tidak kehabisan akal, supaya Jihan mau meminum obat. Dimasukkannya tiga buah pil kemulutnya dan dengan cepat diciumnya Jihan. Jihan yang kaget dan ingin bicara terpaksa membuka mulutnya dan disaat itulah Mr. Black memasukkan pil tadi. Setelah yakin pil itu masuk Mr. Black melepaskan ciumannya lalu memberikan air minum agar pil itu tertelan.
"Hanzel...kamu!" Jihan sedikit murka melihat sikap Mr. Black.
"Kamu mau marah silakan, tapi sembuh dulu ya..." Mr. Black mengelus pipi Jihan dan juga bibirnya yang tadi dia kecup.
"Hanzel..." Jihan ingin Mr. Black menciumnya lagi, tapidia takut jatuh ke dalam pesona Mr. Black.
"Kamu tidur ya Jihan,saya di sini jagain kamu," lagi — lagi Mr. Black mencium kening Jihan.
Jantung Jihan tak berhenti berdetak.
"Demam membuat jantungku tidak normal," batin Jihan dalam hati.
Siangnya.
Kembali terdengar bunyi ponsel Jihan, Mr Black yang masih bekerja melihat ke arah Jihan, Jihan masih tidur dan dengan cepat Mr. Black mengambil ponsel itu dan terlihat dilayar sebuah SMS dari nomor yang tadi menghubunginya.
From : +811898XXXX
Jlhan. saya Kalva, bisa kita bertemu sebentar saja. Saya butuh kamu, kalo iya saya tunggu di tempat biasa, tempat pertama kali kita menyatakan perasaan kita, besok jam satu siang.
Kalva Distanio
"Jadi laki-laki itu bernama Kalva dan dia mau bertemu kamu Jihan besok, baiklah Jihan saya tidak akan menghapus sms ini, saya akan lihat besok kamu datang apa tidak,” Mr. Black membiarkan sms itu.
Sore harinya Jihan terbangun dan cukup merasakan kesegaran di tubuhnya, Jihan melihat Mr. Black tertidur di sofa kamarnyadan laptopnya masih terletak di pangkuannya. Jihan memegang keningnya dan panas tubuhnya sudah berkurang, Jihan mengambil ikat rambutnya dan menguncir rambut panjangnya. Jihan lalu berjalan ke arah Mr. Black dan menutup laptopnya.
"Kamu ini Hanzel, di rumah masih juga memikirkan pekerjaan," Jihan meletakkan laptop di meja dan duduk melihat suaminya.
Jihan mengelus pipi Mr. Black.
"Terima kasih sudah menjaga saya," Jihan mencium pipi Mr. Black pelan.
Jihan mendengar ponselnya berbunyi dan karena takut Mr. Black bangun, dengan cepat dia mengangkat.
"Halo."
"Jihan."
Jihan menegang dan gugup, dilihatnya Mr. Black.
"Ini Kalva."
"Kenapa kamu menghubungi saya lagi?" kata Jihan berbisik.
"Baca sms saya."
Perbincangan mereka terhenti. Jihan melirik Mr. Black.
"Untung kamu nggak tau," kata Jihan pelan dan Mr. Black yang terbangun gara — gara bunyi ponsel mendengar perkataan Jihan.
"Kalau saya tahu kenapa Jihan?" kata batin Mr. Black.
Jihan membuka folder smsnya dan membaca sms yang dikirim Kalva. Jihan heran kenapa smsnya sudah terbaca, apa mungkin Mr. Black yang membaca.
Jihan membalas sms itu.
From : Jihan.
Saya tidak bisa, suami saya ada di rumah, saya tidak bisa keluar.
Kalva membalas sms itu.
From : +811898XXXX
Sebentar ... 10 menit ... tidak … cukup lima menit, suami kamu boleh ikut kalau kamu mau.
Jihan berpikir sejenak.
From : Jihan.
Baiklah lima menit tapi tidak di sana, didekat rumah saya di café "Mediterania” jam 11, jam sati suami saya akan pulang makan siang.
Balasan dari Kalva.
From : +811898XXXX
Baiklah jam 11 di café "Mediterania” terima kasih Jihan.
Jihan meletakkan ponselnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah merasa lengket oleh keringat.
Mr. Black yang setelah yakin Jihan mandi dengan cepat membaca sms dari Kalva.
"Mediterania jam 11, baiklah Jihan saya ingin lihat seberapa cinta kamu kepada lelaki itu,” Mr. Black kembali meletakkan ponsel dan kembali pura-pura tidur.
****
Saat Mr. Black dan Jihan sarapan, keduanya hanya diam, pikiran Mr. Black resah dan gelisah akibat Jihan ingin bertemu dengan laki-laki lain, sedangkan Jihan berpikir kenapa tiba - tiba Kalva ingin bertemu dengannya.
"Hanzel.”
"Mmmmm,” Mr. Black masih memakan sarapannya.
"Hanzel, saya mau jenguk Bunda, bolehkan?”Jihan terpaksa berbohong agar bisa mendapatkan izin Mr. Black.
“Bohong, kamu pembohong Jihan.” gumam Mr. Black dalam hati.
Mr. Black kecewa dengan kebohongan itu.
"Boleh, perlu saya antar?”ujar Mr. Black basa basi karena dia tahu JIhan tidak akan membiarkannya tahu bahwa kepergiannya bukan untuk bertemu ibu Jihan tapi untuk bertemu laki-laki lain.
"Tidak usah, saya bisa bawa mobil sendiri,”tolak Jihan takut.
"Ya sudah, hati — hati,”balas Mr. Black.
Mr. Black meninggalkan Jihan dan mengambil tas dan jasnya.
"saya ke kantor dulu,” tanpa mencium kening Jihan dan ucapan selamat tinggal seperti hari biasa, Mr. Black meninggalkan Jihan.
"Kamu kenapa Hanzel? Kenapa sangat dingin hari ini?" kata Jihan dalam hati.
****
Mr. Black melajukan mobilnya ke café Mediterania dan memesan meja di ujung agar Jihan tidak melihatnya.
"Baru sekali ini saya bersikap seperti ini, saya seperti suami yang sedang mematai istri yang berselingkuh, hal yang tidak pernah seorang Pangeran Blacktan lakukan," Mr. Black menertawakan dirinya sendiri,
kecemburuan dan takut kehilangan Jihan membuat tingkahnya menjadi sedikit over protectif. Jarum jam menunjukkan pukul 11, Mr. Black masih setia menunggu kedatangan Kalva dan Jihan,Mr. Black menatap pintu masuk dan melihat seorang laki-laki bertampang berantakan masuk dan berbicara dengan pelayan menanyakan tempat yang sudah di reservasinya.
Kalva terlihat gugup dan matanya tidak berhenti melihat pintu masuk. Mr. Black masih memperhatikannya. Lima menit kemudian Mr. Black melihat Jihan masuk juga dan Kalva
memanggilnya.
"Jihan.”
Jihan berjalan dan duduk di depan Kalva. Mr. Black masih memperhatikan mereka.
"Buat apa kamu hubungi saya lagi, setelah dua tahun Kalva!”
"Saya menyesal,” balas Kalva.
"Menyesal? Menyesal atas apa kalva? Kamu bukannya sudah mendapat istri yang seperti kamu mau, kaya dan terhormat,” balas Jihan dengan nada sinis.
"Tapi saya mencintai kamu Jihan,”balas Kalva tanpa rasa malu.
"Bukan, kamu tidak mencintai saya Kalva,” tolak Jihan dengan halus.
"Saya sudah bercerai Jihan, saya bebas sekarang dan hati saya menyuruh untuk mengejarmu lagi,”balas Kalva.
Jihan tertawa sinis.
"Saya sudah menikah Kalva, saya mencintai suami saya.” Jihan menghela napas, ya dia melakukan itu agar Kalva tidak menganggunya.
"Kamu tidak mencintainya Jihan, kamu hanya butuh dia untuk membantu keuangan keluargamu,”balas Kalva.
"Maksud kamu?”
"Bang Dika, kamu lupa bang Dika teman dekat saya tapi dia tidak tahu kalau kalian sudah menikah jadi saya menyimpulkan kamu menikah hanya untuk operasi Bunda, benarkan?”
Kalva memegang tangan Jihan.
"Jangan sok tau,” Jihan menjauhkan tangannya.
"Saya menginginkan kamu Jihan, saya mencintai kamu!”
"Kamu gila Kalva, saya sudah menikah!”Jihan mulai tidak nyaman.
"Ceraikan suamimu dan hidup dengan saya, berapapun laki-laki itü membayarmu saya akan menggantinya."
"Hahhahah kamu mau ganti? Bukannya kamu menikah dengan istrimu karena kedudukan di perusahaannya dan buat apalagi kamu mencari saya? Saya hanya wanita miskin,” balas Jihan tajam.
“Saya tidak butuh uang Jihan, yang penting kamu disisi saya.”
“Owww so sweet, tapi maaf ya Kalva saya mencintai suami saya dan kamu benar saya menikah demi uang apalagi suami saya kaya, saya bisa memoroti uangnya dia lebih kaya dari kamulebih segalanya bahkan kalau saya mau saya bisa menyuruhnya membeli perusahaanmu,” kata Jihan berbohong, hatinya sakit melihat Kalva.
Penyesalan terbesar di hidup Jihan yaitu mencintai laki-laki pecundang seperti Kalva. Mr. Black mendengar percakapan mereka dan tertawa sedih ternyata Jihan sama seperti wanita lainnya. Matre dan mata duitan. Kesederhanaan hanya kamuflase.
"Kamu berhasil menghancurkan hati saya Jihan,sekarang waktunya saya menghancurkan kamu,”balas Mr. Black.
Mr. Black meletakkan selembar uang di atas meja dan pergi meninggalkan cafe dengan hati hancur.
****
Tbc