Tiga Puluh Lima

1719 Kata

Setelah mandi, dan berganti baju dengan meminjam baju Dea lagi, Shakila pun ikut sarapan bersama keluarga Dea. Rumah Dea memang diakui jauh lebih besar dan lebih mewah dibanding rumahnya, meskipun bergaya klasik karena warisan dari nenek kakek Dea, namun design-nya memang sangat artistik dan indah seolah bernilai seni tinggi. Di ruang makan dengan meja yang panjang dan banyak kursi, Ale sudah duduk di kursi utama. Kursi kebesaran miliknya, sementara Lea, sang ibu masih ikut membantu menyiapkan sarapan bersama koki rumahnya. “Pagi, Om,” sapa Shakila. Menarik kursi untuk duduknya, lalu Dea pun duduk di sampingnya diantara Shakila dan ayahnya. “Pagi, Shakila. Sudah lebih baik?” tanya Ale sambil memberikan senyum hangatnya, Shakila dan Dea saling lirik lalu Shakila mengangguk. Dia yakin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN