70. Dua Priaku

1292 Kata

“Nyonya, salat Zuhur dulu,” ujar orang itu. “Ya Allah, Mbak Sa. Ngagetin aja.” Aku mengatur napas dan ritme jantung dengan memegangi da*da. “Maaf, tapi Nyonya biasanya dipanggil bangun, ini tadi enggak. Saya khawatir. Makanya saya sentuh.” “Jam berapa sekarang?” “Jam setengah dua. Tadi pagi adek Nyonya kirim pesan. Ini,” ucap Mbak Sa sambil menyodorkan ponselnya. Mendengar kata adik, semangatku seolah-olah langsung terisi penuh. Kuterima ponsel itu sambil tersenyum senang. Kami memang sering berkomunikasi dengan ponsel pengurus akhir-akhir ini. [Aku mau ke tempat Mbak Niha. Mumpung hari ini libur. Tunggu, ya!] Mataku membelalak saat melihat pesan itu. [Oke, Mbak tunggu. Jam berapa kira-kira datangnya?] “Mbak Sa, apa dia sudah datang?” cecarku langsung. Mbak Sa mengerutkan kening.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN