67. Mereka Berpelukan

1276 Kata

“Sayang, temani aku!” Seperti bisa, Mas Aqsal berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar Mama malam harinya. Mungkin Dokter Dico sudah pulang. Setelah tahu titik lemah Mas Aqsal, aku sengaja menempati kamar Mama jika malam hari. Meskipun tadi pagi, katakanlah kami sudah berdamai, aku masih ingin mengujinya lagi. Kali ini kamarnya aku kunci. Biarkan dia teriak sampai lelah sendiri. “Niha, aku punya sesuatu untuk kamu. Buka, Sayang!" Bodo amat. “Mau ponsel nggak?” Ponsel? Cepat-cepat aku turun dari ranjang dan berlari membuka pintu. Kusuguhkan senyum termanis untuknya sambil menengadahkan tangan. “Mana ponselnya?” “Ada, di konter ponsel.” Senyumku langsung memudar. “Mana!” “Nggak ada.” Aku bersiap meninggalkannya, tetapi ditahan. “Dasar, istri nakal. Pasti nggak mau keluar kala

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN