Tadi pagi, aku masih merasakan kebahagiaan yang meletup-letup. Namun, sekarang semua itu berubah menjadi letupan bara api yang menggosongkan hati. Tadi pagi, aku masih melayani semua kebutuhannya, dia pun bersikap lembut dengan memberiku hadiah perhiasan. Baru kutahu kalau di belakangku dia ternyata begitu menjijikkan. Mas Aqsal itu pria penuh jebakan. Seluruh persendianku rasanya lemas saat melihat Mas Aqsal seperti sedang memeluk seorang wanita. Posisi pria itu membelakangiku. Sementara wanita yang tertutup tubuh Mas Aqsal, memeluk pinggang pria yang selalu menunjukkan kasih sayang begitu besar padaku. Keduanya mungkin belum menyadari kedatanganku. Siapa wanita itu? “Nggak bisa lepas, Mas?” ucap wanita itu dengan suara manja. “Sebentar, masih diusahakan.” “Kamu, sih.” Wanita itu

