"Seujung kuku lo sentuh istri gue, mati lo!” Aqsal berteriak. “Angkat tangan lo, Aqsal!” bentak Robin balik. “Apa mau lo, Brengs*k!” “Gue mau lo datang ke sini. Angkat tangan lo!” “Kalau gue menolak, lo mau apa?” Robin menyeringai. Ia mulai membuka hijab Niha dan terlihatlah rambut yang menjadi candu Aqsal tersebut. “An*ing, C*k, hentikan!” Aqsal sudah kalap. Segala macam umpatan dikeluarkan. “Untuk itulah, angkat tangan lo satu biar lo benar-benar nggak lapor polisi atau panggil bala bantuan. Lalu jalan ke depan. Di sana, anak buah gue siap mengantarkan lo bertemu istri lo ini.” Robin kembali mendekatkan wajah pada Niha. “Iya, gue turuti! Tapi menjauhlah dari istri gue! Dia suci, nggak pantes lo yang najis menyentuhnya!” “Bagus. Cepat jalan!” Aqsal tidak punya pilihan lain selai

