Setelah dipastikan tubuh Aqsal diikat kuat di kursi dan tidak bisa melarikan diri, dua pria suruhan Robin menjauh. Giliran Robin yang mendekat. “Bagaimana? Penawaran yang menarik, bukan?” Robin tersenyum puas. Aqsal terus meronta dan berusaha lepas, tetapi tidak bisa. Mulutnya juga terdengar meracau tidak jelas. “Kenapa? Lo ingin bilang sesuatu?” tanya Robin sambil tertawa. “Baiklah, Aqsal. Mari kita mulai permainannya. Ikatan di mulut lo akan gue lepas, tapi jangan sampai teriak. Kalau teriak, istri lo yang akan menanggung akibatnya.” Robin melepas ikatan kain di mulut Aqsal. Aqsal spontan meludahi wajah Robin. Raut muka Robin tampak merah padam mendapat serangan demikian. “An*ing lo!” teriak Aqsal. “Lucuti pakaian wanita itu!” Robin menunjuk Niha. Ia memerintah dua pesuruhnya sa

