“Kenapa tangannya dilepas, mana yang kamu janjikan tadi siang?” Wajah Aqsal masih terlihat serius. Niha bergerak mundur, tetapi pinggangnya berhasil diraih suaminya. “Kenapa? Takut sama aku?” Wajah Aqsal begitu dekat dengan wajah sang istri. Niha menggeleng. Perlahan, senyum Aqsal terbit. “Tenang, Sayang. Rencana kita berjalan lancar dan sukses tanpa kendala. Semua berkat doa istri salihah sepertimu,” bisiknya sensual. Niha mengembuskan napas panjang. Ia ikut tersenyum. Lalu dengan sekali sentakan Aqsal, handuk yang membalut tubuh Niha terlepas, berganti dengan baju dinas yang dipamerkan tadi siang. Niha pun melayani suaminya sepenuh hati, mengikuti ritme permainan prianya. Semua itu dilakukan agar lelah sang suami mereda. Sebab setelah pria mendapatkan pelepasan, biasanya tidurnya m

