“Tuan! Hentikan!” teriak Sa saat melihat majikannya dalam kondisi menakutkan. Antara takut dan bingung, wanita itu justru kembali menuruni undakan. “Soni! Pak Huri! Cepat kemari!” Suara Sa begitu melengking. Ia lalu kembali menghampiri Niha dan Aqsal di kamar yang sudah terbuka pintunya. “Tuan, lepaskan Nyonya!” Sa berusaha menarik tubuh Aqsal. Namun, dalam sekali sentak, Sa justru oleng. “Diam kau, Sa! Ini urusan saya dengan Niha! Pergi kamu!” “Nyonya bisa meninggal, Tuan. Tolong jangan seperti ini.” Sa mengiba dengan air mata yang sudah berderai di pipi. Tidak lama berselang, Soni datang. Disusul Huri. “Astagfirullah. Tuan!” Dua pria itu bergerak cepat membantu Niha yang sudah tidak berdaya agar lepas dari cengkeraman Aqsal. “Pergi kalian! Jangan ikut campur!” teriak Aqsal ketika

