Sa masuk ke kamar untuk mengambil gamis dan hijab untuk Niha ketika Aqsal yang sudah tidak sadarkan diri digotong ke ranjang. “Bagaimana kondisi Niha?” tanya Dico sambil mengobati luka sayatan di lengan Aqsal. “Sudah lebih baik dan lebih tenang, Dok.” “Syukurlah.” Dico membersihkan, mengoleskan obat, lalu membalut luka Aqsal. Selesai mengobati, Dico menulis resep, lalu diberikan pada Soni. “Tebus obat ini.” Soni menerima sambil mengangguk. “Akan saya cari sekarang, Dok.” “Apa nanti kalau sadar, Tuan akan mengamuk lagi, Dok?” Sa yang masih ada di situ, bertanya. “Saya tidak bisa memastikan karena mengamuk tidaknya, itu tergantung situasi hatinya nanti. Semoga saja tidak. Pesan saya, jauhkan sementara dia dengan Niha. Kalau terindikasi dia menyakiti orang lain lagi, takutnya Niha ken

