“B-bu Endang!" Niha tergagap sambil berusaha bangkit dari atas tubuh Arif. Endang, pemilik rumah bergaya minimalis yang ditempati Niha mendekat dan menatap dua manusia di hadapannya nyalang. “B-bu, ta-tadi saya nggak sengaja jatuh ka-karena tadi.” Niha berdiri, lalu menggeleng, mendadak lidahnya kelu. “Rif! Jelaskan ke Bu Endang!” teriak Niha. Sementara Arif masih menepuk-nepuk pantatnya yang sakit sambil mendesis. “Mata saya masih normal melihat mana yang sengaja dan tidak. Arif tadi memelukmu! Apa kalian berzi*a?” bentak Endang. “Eng-enggak, Bu. Ta-tadi kata Arif–“ “Bu Endang nyium bau gas nggak?” potong Arif. Endang mengendus-endus ruangan. “Hidung Niha mati rasa, Bu. Dia nggak bisa nyium segala bau. Gas bocor pun dia nggak tahu. Daripada nanti rumah Ibu terbakar, saya ingin mem

