Dia Pergi

1380 Kata

Aku membuka mata, saat itu pula aroma obat menyapa hidungku. Mataku menyisir ruangan ini, hingga aku melihat Azka. Dia yang tertidur di sebuah sofa yang ada di ruangan ini. Hanya ada infus di tanganku, aku menarik infus itu kasar dan langsung duduk. Mendekap kedua lututku dan menyembunyikan wajah di antara kedua lututku. Aku kembali terisak. Isakan yang nyaris tersekat di setiap detiknya. Saat itu pula Azka membuka mata dan melihat semuanya, keadaanku. Dia hanya mendekat, membelai puncak kepalaku singkat, karena aku langsung menepisnya. “Maafin kakak!” Hanya itu kata yang keluar dari bibirnya. “Buat apa?” tanyaku lirih karena sedikit teredam oleh isakanku. “Harusnya gue bisa jagain lo, hari itu.” Tenggorokanku tersekat sekali lagi. Kenapa lo bisa ngerasa bersalah kayak gini, Kak? Ini

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN