Abinaya menggenggam tangan ibunya dengan begitu erat. Tatapan matanya begitu sendu dan menyiratkan akan jutaan asa bahwa ibunya bisa memahaminya. “Bu, Abi nggak bisa lama-lama di rumah. Besok sudah harus tiba di Bandung. Abi mohon sekali lagi, tolong beri restu untuk Abi menikahi Fara.” Sang ibu masih saja terdiam. Berat hatinya untuk memberikan restu. Dia merasa Abinaya pantas mendapat istri yang lebih baik dari Fara. “Minggu lalu Abi bertemu ayahnya Fara. Beliau menginginkan ada perbincangan keluarga. Masa ibu tega melihat Abi membujang kelamaan. Abi sudah ingin berkeluarga dan punya anak Bu.” Pramesti menatap anak sulungnya dengan gemuruh rasa yang bergejolak. Di satu sisi dia ingin putranya bahagia, tapi sisi lain dia belum bisa ikhlas melepas anaknya untuk Fara. “Bi entah kenap

