"Mama kaget melihatmu tiba-tiba ada di dalam kamar Tari," kata Mama keesokan harinya saat Kak Dewa menghampiri kami yang tengah memasak. Sayup terdengar suara Damar yang tengah mengobrol dengan ayah. Aku tersenyum saat Kak Dewa memelukku dari belakang, mendaratkan kecupan singkat di pipiku. Mama memperhatikan kami dengan wajah bahagia. Mama juga terus mencuri pandang ke arah kami saat sarapan bersama. Sementara ayah lebih banyak diam. "Baby, aku lari pagi dulu," kata Kak Dewa saat aku mencuci piring di wastafel. "Aku harus lari pagi agar tubuhku sehat. Lelaki itu, harus memiliki tubuh yang bagus agar disukai banyak perempuan." Aku mendelik. Ia tertawa kecil. "Tenang saja, aku tidak akan menggoda perempuan-perempuan di luar sana lagi. Mulai saat ini, hanya kamu yang akan kupikirkan."