Aku Pergi

1538 Kata

Malam itu langit di atas mansion Mahardika tampak tenang, bertabur bintang yang jarang muncul. Angin berhembus lembut dari balkon kamar besar itu, membawa aroma bunga sedap malam yang ditanam Faiza di taman belakang beberapa waktu lalu. Reinaldi berdiri di depan kaca besar, menatap bayangan dirinya — pria yang kini terlihat lebih tenang, seolah semua badai telah reda. Ia berbalik, memandangi Faiza yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, mengenakan piyama satin lembut berwarna gading, dan hijab tipis yang menutupi sebagian rambutnya. Wajahnya tampak lembut diterpa cahaya lampu temaram. “Kenapa diam saja?” tanya Reinaldi pelan sambil tersenyum, menghampirinya. Faiza tersenyum samar. “Cuma... ingin menikmati malam ini.” Reinaldi menariknya ke dalam pelukannya. “Kau ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN