Perdarahan?

1620 Kata

Nadira menatap peta di layar laptopnya dengan tenang, napasnya teratur—wajahnya dingin seperti es. Di sampingnya, Riko sudah menyiapkan daftar nama dan foto: beberapa orang yang pernah punya dendam kecil pada Faiza, beberapa preman lokal yang bisa dibayar, bahkan nama Reno yang sempat mencoba masuk ke rumah Faiza. “Aku tidak mau noda sederhana di media sosial lagi,” kata Nadira pelan, matanya tak berkedip. “Aku mau masalah ini selesai total: bikin dia kehilangan tempat berdiri—bikin Dia kehilangan apa yang paling berharga.” Riko mengangguk, tanpa tanya lebih lanjut. Ia sudah tahu bahwa ketika Nadira berkata seperti itu, bukan kata-kata kosong. Ia segera mengontak beberapa orang, mengatur waktu, lokasi, dan “peran” masing-masing—semua disamarkan sebagai pertemuan warga biasa. Nadira membe

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN