Bab 8. We are Family

1232 Kata
“Apa kau bilang?” tanya Joseph saat tak begitu jelas mendengar apa yang diucapkan oleh Jill. Pria itu lantas mengangkat badan, duduk sambil melepas napas panjang seolah merasa begitu lega bisa bernapas kembali dengan baik. Wanita itu berpaling dengan bibir yang setengah terbuka. Kemudian dia menjilat bibir bawah dan menjawab, “Bukan apa-apa. Aku hanya mengatakan kau harus banyak berlatih. Kemampuan bertarungmu masih perlu diasah lagi. Fokusmu juga kurang baik. Dan satu lagi! Dalam bertarung, jangan pernah menggunakan hati. Empati bisa membuatmu mati!” Sungguh pandai Jill bermain kata-kata. Meski dari sikap dan tatapannya, wanita itu terlihat sangat jelas mengagumi Joseph. Namun, lidah wanita tersebut tetap terkontrol untuk memainkan kata. Mungkin benar, Joseph sudah tidak asing lagi dengan perkelahian jalanan. Namun secara teknik, melawan Jill saja dia masih kuwalahan. Ya, Joseph menyadari hal itu. “Aku tahu,” sahut Joseph. “Berlatihlah lebih banyak. Jadi ketika perintah untuk melakukan misi itu datang, kau sudah siap untuk bertarung. Dengar, apa yang akan kita kerjakan ini bukan hal main-main. Kau harus benar-benar mengasah kemampuan bertarungmu agar dapat menyelesaikan misi dalam keadaan yang masih bernapas,” pesan Jill. Joseph mengangguk. “Aku mengerti.” Rasanya akan percuma saja jika dia terus menolak kenyataan bahwa hidupnya kini berada di bawah kendali Dreyfus. Mau tidak mau, suka tidak suka, dia memang akan menjadi kacung pria tersebut untuk dijadikan ujung tombak dalam setiap misi yang diterima dari klien Carnicero. Dan sekarang, dia mendengar bahwa misi yang akan dia terima adalah kerjasama dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan satu pertanyaan di kepala Joseph. Pria itu menautkan kedua tangan pada lutut lalu berpaling pada Jill yang duduk di sampingnya. “Jika benar apa yang kau katakan tentang pemerintah yang meminta Dreyfus untuk membantu mereka meringkus kartel perdagangan senjata ilegal, apa ini berarti kita akan kebal hukum?” tanya pria tersebut dengan alis berkerut samar. Menunjukkan rasa penasaran yang cukup kentara dari si Penanya. Jill tertawa mendengar pertanyaan Joseph. Wanita berambut brunette itu lantas menarik kedua sudut bibir ke bawah sambil mengangkat alis. “Hidup di dunia kami itu keras. Kau harus membiasakan diri dengan hal ini,” ujar Jill tak menjawab pertanyaan Joseph. “Dan jawabanmu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku,” tukas Joseph. Jill mendengkus pelan lalu menoleh pada Joseph yang masih tampak penasaran dengan apa yang pria itu tanyakan sebelumnya. “Kebal hukum?” Jill tersenyum tipis. “Tergantung,” lanjutnya. Kedua netra Joseph tampak menyipit mendengar jawaban tersebut. Jujur saja, dia masih tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Jill. Hingga pria itu kembali mempertanyakannya. “Tergantung? Apa maksudmu? Katakan padaku dengan jelas,” tuntut Joseph. Terdengar hela napas keras dari mulut Jill. Wanita itu mengarahkan pandangan lurus ke depan. “Sudah kubilang hidup kami itu keras. Kau akan menjadi kebal hukum selama misi itu berlangsung, dan kau tidak akan menjadi siapa-siapa jika misi itu berhasil. Namun, kau akan menjadi penjahat paling diburu di seluruh Amerika jika sampai misi itu gagal. Mereka akan terus mengejarmu ke mana pun kau bersembunyi. Kau akan menjadi buronan interpol dan kau akan kehilangan seluruh hidupmu,” terang Jill dengan suara berdesis di akhir kalimat seraya berpaling pada Joseph yang mendengarkannya dengan seksama. Joseph terperangah mendengar penjelasan Jill. Terdengar licik sekali. Apa benar pemerintah akan melakukan semua itu? Apakah yang terjadi di film-film laga yang pernah dia tonton memang berdasarkan catatan hitam pemerintah? “Kau boleh tidak percaya dengan apa yang kukatakan. Tapi kuharap kau akan mempersiapkan dirimu dari sekarang untuk menghadapi kemungkinan terburuk,” imbuh Jill. Rasa penasaran Joseph tak berhenti sampai di sana. Selalu muncul pertanyaan baru di dalam kepala pria tersebut. Dan dia pun tak segan untuk mengungkapkannya. “Lalu … bagaimana jika kita mati dalam misi itu?” tanya Joseph dengan raut serius. Pekerjaan mereka sangatlah berbahaya. Kematian tentu sangat dekat dan akan selalu mengintai ke mana pun mereka melangkah. Maka sudah sewajarnya Joseph mempertanyakan hal tersebut. Pertanyaan itu membuat Jill berpaling sepenuhnya ke arah Joseph. Bahkan dia juga memutar badan hingga benar-benar menghadap pria tersebut. Menatap Joseph dengan mata sedikit menyipit yang menyiratkan keseriusan besar tentang apa yang akan dia katakan. “Jika kau mati dalam misi itu, maka kau akan mati tidak sebagai siapa pun. Kau hanya akan dianggap sebagai salah satu manusia yang tidak pernah ada di muka bumi ini. Jadi jalan satu-satunya untuk tetap menjadi dirimu adalah lakukan misi dan bawa pulang keberhasilan,” jawab Jill. Joseph meneguk ludah. Semakin paham tentang pekerjaan ini, Joseph merasa semakin terjebak dalam kontrak hitam yang sepertinya akan sangat sulit dia akhiri kecuali dengan kematian. Bahkan jika klien mereka adalah pemerintah, dia sama sekali tidak memiliki jaminan untuk keselamatannya. “Itulah mengapa Dreyfus selalu memilih orang-orang yang tidak terikat secara emosional dengan orang lain untuk menjadi anggota Carnicero. Dia tidak akan merekrut seseorang yang memiliki keluarga,” ujar Jill memberitahu. “Karena keluarga adalah penghalang,” timpal Joseph. Jill berpaling lalu tersenyum. “Kau benar. Keluarga adalah kelemahan yang hanya akan menjadi penghalang Carnicero dari keberhasilan.” “Jadi orang-orang di sini adalah orang-orang yang tak terikat dengan siapa pun di luar sana? Dan semua yang ada di sini tidak memiliki keluarga?” tanya Joseph yang terdengar seperti tebakan. “Untuk yang satu ini aku harus bilang kalau kau salah, Hunter,” sanggah Jill sambil menaikkan sebelah alis dan satu sudut bibir terangkat. Kerutan di dahi Joseph serta cara pria itu memandang yang terlihat sedikit menyipit, menandakan bahwa dia masih menunggu apa yang akan Jill katakan selanjutnya. “Kami memiliki keluarga,” tutur Jill kemudian. “Mungkin kami memang tak memiliki siapa pun di luar sana. Namun di sini, kau bisa melihat sendiri bagaimana kami berinteraksi. Kami semua adalah keluarga,” pungkas Jill. Entah mengapa, ketika Jill mengatakan hal tersebut, Joseph dapat melihat emosi yang begitu besar dari sorot mata wanita itu. Seolah tempat ini benar-benar sangat berarti untuknya. Lalu, Joseph juga melihat kedua mata wanita itu tampak basah, berkaca-kaca. “Ekhem!” Jill berdehem seraya memalingkan wajah ketika merasakan bola matanya memanas. Wanita itu menengadah lalu berkedip cepat sambil menarik napas dalam untuk mengembalikan suasana hati seperti semula. Joseph pun menundukkan kepala karena tidak ingin dinilai terlalu ikut campur dalam urusan pribadi Jill. Dia bukan tipe pria yang akan dengan mudah ikut campur dalam masalah pribadi seseorang hanya untuk menunjukkan kepeduliannya. Joseph lebih suka memberikan ruang bagi orang-orang semacam itu untuk sendiri. Dalam suasana seperti itu, seorang pria memasuki ruang berlatih lalu berjalan mendekat pada mereka. “Ada apa?” tanya Jill sebelum pria tersebut behenti melangkah, seolah dia sudah tahu bahwa akan ada hal penting yang disampaikan. Pria tadi berhenti lalu menundukkan kepala ke arah Jill, memberi hormat. “Mr. Eastwood ingin bertemu dengan Anda,” kata pria itu. “Hanya aku?” tanya Jill seraya memutar kepala ke arah Joseph sekilas. “Benar, Nona. Hanya Anda,” jawab pria tersebut membenarkan. Jill mengangguk. “Oh, baiklah. Aku akan segera ke sana,” ujarnya. Usai berkata demikian, si pria lantas pamit dan meninggalkan Joseph serta Jill di ruang berlatih. “Sepertinya waktu kita semakin dekat,” ujar Jill seraya bangkit. Wanita itu mengulurkan tangan pada Joseph yang langsung disambut oleh pria tersebut. “Persiapkan dirimu, Hunter. Waktumu untuk berlatih semakin habis. Kuharap ketika waktunya tiba, kemampuanmu sudah lebih baik dari saat ini,” kata Jill. Joseph tak menjawabnya dengan kata-kata. Dia hanya mengangguk samar dengan ekspresi datar. Membiarkan Jill membalik badan dan meninggalkannya sendirian di tempat itu dengan berbagai macam perasaan yang berdesakan di dalam benak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN