Tidak seperti yang Joseph pikirkan sebelumnya. Penampilan Jill memang sangat menipu. Paras cantik serta tubuh indah yang dikombinasikan dengan pakaian seksi, nyatanya menyembunyikan sosok predator yang sangat berbahaya di dalam diri wanita itu.
Jika semula Joseph meremehkan kemampuan wanita itu hanya berdasarkan apa yang dia lihat dari luar, maka sekarang Joseph harus membuang stigma itu dari dalam pikirannya. Jika Jacob dan Helena terlihat tangguh dalam sekali lihat, maka dia harus mengenal Jill terlebih dahulu untuk bisa melihat kemampuan wanita itu yang sesungguhnya.
Tak hanya ahli dalam menembak. Jill juga memiliki kemampuan bela diri yang sangat mumpuni. Malah bisa dikatakan kalau Jill memiliki hal lain yang membuat kemampuan berkelahinya menjadi semakin hebat. Wanita itu menggunakan pesonanya untuk memancing kelengahan lawan lalu menyerang tanpa ampun.
“Tunjukkan kemampuanmu!” Di tengah matras, Jill memasang posisi kuda-kuda dengan senyum manis yang mengeluarkan aura mematikan. Wanita itu merapatkan keempat jari lalu membuat gerakan seolah meminta Joseph untuk menyerangnya.
Joseph membuang napas keras lalu menggeleng lemah. “Aku tidak berkelahi dengan wanita,” ujar pria itu.
Jill mencebikkan bibir lalu berdiri dengan tegak sambil melemaskan bahu. “Oh, ayolah! Kau sama sekali tidak menyenangkan! Apa kau pikir aku ini wanita lemah?”
Tidak. Joseph sama sekali tak berpikir demikian. Setelah melihat kemampuan menembak wanita itu, Joseph sangat yakin bahwa Jill adalah seorang wanita tangguh dengan pesona yang memikat. Namun ini juga tidak berarti bahwa Joseph takut untuk menghadapi Jill. Pria itu hanya sedang tidak ingin berkelahi untuk saat ini.
“Aku lelah. Aku ingin istirahat,” jawab Joseph. Pria itu tersenyum lantas berbalik hendak meninggalkan Jill.
Si wanita tampak kecewa karena Joseph terlalu cepat meninggalkan tempat latihan. Jujur saja, dia sangat penasaran dengan kemampuan Joseph. Tidak mungkin pria yang dipilih oleh Dreyfus tidak memiliki keahlian. Bela diri atau setidaknya jago berkelahi di jalanan adalah salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh anggota Carnicero.
Tak ingin berakhir dengan rasa penasaran yang akan terus membayanginya, Jill berlari ke arah Joseph lantas mengarahkan sebuah tendangan yang mendarat dengan cukup keras di punggung pria tersebut.
Joseph terhuyung namun tidak sampai tersungkur ke matras. Pria itu mampu mempertahankan posisinya lantas berbalik dan memasang sikap waspada. Wajahnya tampak terkejut dengan serangan tiba-tiba dari rekan satu timnya tersebut. Namun, dengan cepat Joseph berada dalam posisi siaga terhadap serangan selanjutnya.
Beberapa meter dari Joseph, Jill tampak menyeringai. Kedua tangannya mengepal dalam posisi siap bertarung. Kakinya pun membentuk posisi kuda-kuda yang kokoh.
“Tidak semudah itu untuk pergi dariku, Hunter,” ujarnya menantang Joseph.
“Dengar, aku—”
“Hyaaa!”
Jill sama sekali tak memberi kesempatan pada Joseph untuk bicara. Wanita itu langsung memberikan serangan kedua dan dia tidak main-main. Wanita itu menyerang Joseph dengan bertubi-tubi. Pukulan dan tendangan dengan berbagai teknik dilakukan. Jill melakukannya dengan sepenuh tenaga.
Sementara itu, Joseph terus menangkis serangan dari Jill tanpa ada niatan untuk melawan balik. Kendati demikian, pria itu juga merasa sedikit kuwalahan untuk mengimbangi serangan demi serangan yang dilancarkan Jill.
“Lawan aku, Hunter! Atau aku akan benar-benar membuatmu babak belur!”
Jill terus berteriak memprovokasi lawannya. Dia tidak suka jika Joseph hanya menangkis dan mempertahankan diri. Untuk itu, Jill tidak main-main dalam serangan tersebut. Hingga akhirnya dia berhasil mendaratkan satu tinju yang sangat keras di wajah Joseph. Disusul dengan sebuah tendangan keras di perut pria itu yang membuat Joseph terpental ke belakang dan menubruk dinding.
“Akh!” Joseph mengerang saat merasakan tulang punggungnya menghantam dinding.
“Tunjukkan kemampuanmu, Hunter!” Jill mengepalkan kedua tangan dalam posisi siaga. Tatapannya pun menajam seolah mereka berdua adalah musuh bebuyutan yang telah lama menantikan pertarungan ini.
Memegangi dadanya yang terasa sesak akibat benturan yang cukup keras, Joseph berdesis seraya berjalan ke tengah matras. Pria itu menggerak-gerakkan bahu seperti sedang melemaskan otot dan sendi. Menatap lurus pada wanita yang menyeringai padanya sambil menggertakkan gigi.
“Jika itu yang kau inginkan, Jill!” balas Joseph seraya melangkah lebih cepat lantas setengah berlari dan melambung ke udara untuk menjatuhkan pukulan pada Jill yang bersiaga dalam posisinya.
“Hyaaa!” Joseph mengarahkan pukulan itu tepat ke wajah Jill.
Gerakan yang sudah terbaca, tentu saja mudah sekali untuk ditangkis. Jill mengelak lalu menahan kepalan tangan Joseph dengan telapak tangannya. Menggenggam kepalan tangan pria itu lalu mmberi tolakan yang cukup keras hingga Joseph terjajar ke belakang.
Dengan cepat Joseph memutar badan seraya mengarahkan sebuah tendangan ke badan Jill. Namun sekali lagi Jill mampu menahannya. Wanita itu bahkan membalas dengan sebuah tendangan yang mengenai pinggang Joseph hingga pria itu mengerang.
“Keluarkan semua kemampuanmu! Jangan menahan diri!” kata Jill yang terus memancing Joseph untuk bertarung dengan bersungguh-sungguh.
Jill sangat yakin bahwa kemampuan Joseph tidak hanya sebatas itu. Wanita dengan rambut brunette itu sangat yakin bahwa Joseph masih menahan diri untuk melawan hanya karena dia adalah seorang wanita.
“Jangan memandang gender-ku! Di atas matras, aku bukanlah wanita yang perlu kau kasihani!” Jill semakin memprovokasi.
Joseph menggertakkan leher ke kanan dan kiri. Pria itu menahan geraman sambil kembali pada posisi siaga. Seperti yang dikatakan Jill, sebelum menyerang, Joseph tampak memejamkan mata sesaat. Pria itu membuang pikiran jauh-jauh bahwa Jill adalah seorang wanita. Saat membuka mata, Joseph telah memiliki pandangan yang berbeda tentang wanita itu. Kini, di matanya, Jill adalah seorang lawan bukan seorang wanita.
“Aku tidak akan menahan diri lagi!” desis Joseph yang dibalas seringai oleh Jill.
pria itu lantas berlari dan menerjang Jill dengan sebuah tendangan. Jill menghindar dengan memutar badan. Lalu, serangan berikutnya menyusul. Joseph menekuk siku lantas menghantamkannya tepat pada rusuk Jill. Alhasil, wanita itu mengeluarkan erang kesakitannya untuk pertama kali.
Hanya saja … ini belum seberapa. Jill dengan cepat bangkit lalu membalas serangan tersebut dengan pukulan bertubi-tubi.
Sesekali Joseph akan menangkis, sesekali dia akan balik menyerang. Hingga pukulan-pukulan itu berakhir dengan Joseph yang berhasil mendaratkan tinju di perut Jill sampai wanita itu terjajar ke belakang sambil mengerang dan memegangi perut.
Belum sempat langkah Jill terhenti, Joseph berlari dan menerjang perut wanita itu dengan sebuah tendangan lagi hingga kali ini Jill terlempar dan mendarat di atas matras sambil mengerang keras.
Seperti sudah hilang kendali, Joseph menyusul lagi dengan kepalan tangan yang siap meremukkan wajah lawan. Namun, tiba-tiba gerakan pria itu terhenti saat melihat netra Jill yang sedang menatapnya seperti seorang wanita lemah yang terluka.
Lalu, pada detik berikutnya, bibir wanita itu menyeringai dan dengan cepat Jill memutar kaki untuk menjegal Joseph hingga pria tersebut terpelanting dan terjatuh di atas matras. Jill bangkit lalu mengekang tubuh Joseph di antara kedua kakinya yeng menekuk, bertumpu pada lutut. Tubuh wanita itu membungkuk dengan satu tangan yang menekuk dan mencekik leher Joseph sementara satu lagi mengepal dalam posisi siap menyerang dengan tinjunya.
“Sudah kukatakan jangan menganggapku sebagai wanita saat sedang bertarung, Hunter! Lihatlah akibatnya jika kau lengah dan menggunakan empatimu dalam bertarung. Kau akan sangat mudah dikalahkan oleh lawanmu!” desis Jill sambil terus mencekik leher Joseph.
Wajah pria itu sudah memerah. Sangat terlihat bahwa Joseph mulai kehabisan oksigen akibat cekikan tersebut.
Namun di mata Jill, ekspresi Joseph yang sedang berusaha meraup oksigen sebanyak yang dia bisa sambil berusaha membebaskan diri darinya, justru terlihat sangat menggairahkan. Apalagi dengan posisi mereka saat ini. Sungguh! Jill merutuki otaknya yang mulai berpikir kotor dengan adegan-adegan panas di atas ranjang dengan pria yang berada dalam kungkungannya ini.
“Oh, sial!” umpat wanita itu seraya melepaskan kunciannya dari leher Joseph.
Wanita itu memejamkan mata lalu bangkit dari atas tubuh Joseph sambil mengusap wajah dengan kasar, membuat si pria berguling menjauh dan terbatuk-batuk memegangi leher. Jill melepas napas keras lalu berpaling pada Joseph sambil bergumam, “Damn it! Kau sungguh membuatku ingin menelanjangi diri di hadapanmu, Hunter!”