“Mas, sudah mau jam sebelas lho,” Nayla membuka pintu kamarnya dan melihat Adit masih asyik dengan laptopnya. Adit tersenyum mendapati istrinya bersandar di pintu dengan mengenakan homedress tanpa lengan yang menutupi tubuhnya hanya sampai di atas lutut, sementara rambutnya ia ikat berantakan ke atas. “Sini, Yang,” Adit melepas kacamatanya dan meminta Nayla mendekat. “Lihat ini, Yang,” Adit menarik Nayla di pangkuannya dan menunjuk monitor laptopnya. “Rumah kebun?” Nayla memastikan. Adit mengangguk. Meletakkan dagunya di pundak istrinya dan memeluk erat pinggangnya. Sudah beberapa malam ini ia mengerjakan desain rumah kebun orang tuanya. “Kenapa Mas buat terpisah-pisah begini?” “Supaya bisa disewakan juga yang kecil-kecil itu.” “Yang gede rumah utama?” “Iya. Buat ayah dan ibu tin