Nayla tak pernah menyangka ia akan sampai pada titik ini. Melepas Adit dengan rasa memberat di dadanya meski ia tahu kepergiannya hanyalah untuk pergi bekerja. Hanya perpisahan sementara. Dan untuk pertama kalinya, ia memeluk erat pinggang laki-laki itu. “Aku akan usahakan sering kasih kabar,” Adit mengecup lembut kepala Nayla. “Jaga diri. Makan teratur. Aku titip adek di sini,” dia mengelus lembut perut Nayla. “Adit titip Nayla ya, Bu,” dia menyalami ibu dan ayahnya bergantian. Mencium takzim tangan kedua orang tuanya. Dan memeluknya erat. Pelukan yang selalu menenangkannya. Membuatnya lupa akan segala keresahan di dadanya. “Jaga diri. Sering-sering kasih kabar.” Adit mengangguk. Tak banyak yang ayah ibunya pesankan pagi itu, sebab semalam, ayahnya sudah memberinya banyak wejangan. Ia