Selesai shalat subuh, Aryan bersiap untuk pergi ke rumah duka, di sebelah rumah. Celana kain hitam, baju Koko hitam, dan peci hitam sudah ia kenakan. Ditatap dirinya di cermin. Tatapannya jatuh pada istrinya. Yang duduk diam mematung di tepi tempat tidur. Wajah Syasa murung. Tampak sedang melamun. Aryan berlutut di hadapan istrinya. "Ada apa?" Aryan mengusap pipi Syasa dengan lembut. "Mau ikut ke rumah sebelah?" Tawar Aryan. Kepala Syasa menggeleng. "Tidak enak badan?" Aryan menempelkan punggung tangan di kening Syasa. Kepala Syasa kembali menggeleng. "Kamu kenapa, Syasa Sayang, wajahmu murung sekali? Tidak betah di sini?" Syasa tidak menggeleng, ataupun mengangguk. "Ingin pulang ke Jakarta? Kenapa?" "Di sini banyak mantannya Abang!" "Eh!?" Tatapan mata Aryan melebar. "Mereka ha