Menjadi Imamku.

1510 Kata

Di tengah ruang VVIP rumah sakit yang hening, suara kecil Alisa memecah keheningan. “Arkan… kamu jangan tidur terus. Bangun, dong. Aku Alisa, kembaran kamu…” ucapnya pelan sambil memegang tangan Arkanza yang dingin. Mata mungil Arkan perlahan mulai bergerak. Kelopak matanya yang semula tertutup rapat, perlahan membuka. Semua yang ada di ruangan itu terdiam—Arga, Alula, bahkan dokter yang sedang memantau alat-alat medis. “Ma… ma…” gumam Arkan lirih, suaranya serak namun jelas. Matanya mengarah ke wajah Alula. Air mata langsung jatuh dari mata Alula. Ia meraih tangan Arkan yang lain, menciumnya berkali-kali sambil tersedu. “Ma ada di sini, sayang… Mama di sini,” ucap Alula dengan suara bergetar. Arkan tersenyum lemah, lalu menoleh ke Alisa. “Kamu… Alisa?” Alisa mengangguk cepat. “Iya,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN