Pagi itu, aroma harum tumisan bawang dan telur dadar menggoda memenuhi apartemen mewah Arga. Di dapur modern yang biasanya jarang tersentuh, Alula tampak cekatan menyiapkan sarapan sederhana—nasi hangat, telur dadar isi sayur, dan tahu goreng renyah. Ia memakai apron polos, rambutnya dikuncir rapi, wajahnya segar meski bangun lebih awal dari biasanya. Arga yang baru keluar dari kamar dengan kemeja santai dan celana panjang, mengerutkan kening saat mencium aroma itu. Ia berjalan ke arah dapur dan melihat pemandangan tak biasa: Alula sibuk memindahkan makanan ke dua piring, seolah sudah terbiasa berada di dapur itu. "Kamu… masak?" tanyanya, terdengar agak ragu. Alula menoleh, tersenyum kecil. "Iya. Aku bangun lebih pagi, dan iseng lihat isi kulkas. Ternyata cukup lengkap." Arga mendekat,