Mila terpaksa ikut pulang dengan Zain ke tempat tinggal mereka, tentu saja atas paksaan papi. Mereka duduk berhadapan, di sofa ruang tengah rumah mereka. Zain mengusap wajahnya pelan, mata Mila tajam menatapnya. "Jadi si Siti itu mantan Kakak?" tanya Mila sinis. Zain tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan Mila dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kalau Kakak mencintai Siti, kenapa Kakak mendekatiku, dan membuatku jatuh cinta pada Kakak? Kenapa Kakak tidak dekati saja Siti?" tanya Mila dengan suara penuh emosi. "Aku kira sebaiknya kita bicarakan tentang kita saja, Mila, tentang kau, aku, rumah tangga kita, dan calon anak kita, tidak usah membahas tentang Siti lagi. Dia hanya masa lalu bagiku, seperti aku juga, hanya masa lalu baginya," jawab Zain pelan. "Kenapa? Bukannya selama