Part 25

1996 Kata

Salma ingin mati. Siapa pun bunuh dia. Raga sendiri menyetir mobil dalam keheningan, fokus, isak tangis menjadi pemecah di antara mereka. Melihat jejalan di balik jendela membikin pusing. Salma beberapa kali hampir tersedak air mata, sesak napas, sekaligus merasa sakit. Baju yang dikenakan Salma belum berganti, masih pakaian kantor. Jejak eyeliner berserakan di sekitar mata, buruk sekali. Bibir pun sudah hilang warna. Kondisi itu membuat Raga tak tahu harus berbuat apa. Seumur hidup dia jarang menghadapi wanita menangis, dia tak mengerti apa yang ampuh untuk menghentikan tangisan. Maka, dia hanya bisa memberikan tisu, tanpa berkata-kata. Selama perjalanan Salma juga membisu. Raga membawa Salma ke rumahnya di kawasan perumahan elit. Dia bahkan turun untuk membuka gerbang sendiri. Rumah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN