Langit Bandung tampak kelabu ketika aku duduk di teras depan rumah. Sudah lebih dari satu bulan sejak kecelakaan pesawat itu terjadi, dan masih belum ada kabar mengenai Zein. Kembali ke Bandung tanpa Zein adalah langkah pertama yang harus aku ambil untuk melanjutkan hidup. Setiap sudut rumah ini mengingatkanku pada Zein, pada tawa dan kebahagiaan yang pernah kami bagi bersama. Setiap hariku terbangun dengan rasa hampa. “Mama, Mamas sudah siap,” ujar Edo begitu keluar dari rumah. Sedari tadi dia sibuk memasukkan banyak mainan ke dalam tasnya yang akan dibawa ke toko nendanya. Beberapa hari ini Edo diajak bermain ke toko Ib, demi mengurangi rasa bosannya dan pertanyaannya seputar papanya. “Okey, let’s go!” seruku menyembunyikan kesedihanku. Setelah mengantar Edo ke rumah Ibu, aku berang

