POV Zein “Besok Zein dan Vanya bawakan cake yang besar, ya, Yah,” ujarku pada Ayah saat menyalami beliau sebelum masuk ke dalam mobil. Ayah bersama yang lain akan pulang lebih dulu dan kembali lagi besok. “Ah, kamu ini. Terima kasih, ya,” ujar Ayah menepuk pelan pundakku. “Zein,” panggil Ayah lagi. Beliau baru saja akan masuk ke dalam mobil mengurungkan niatnya kembali meraih pundakku. “Ayah titip Vanya. Persaingan perusahaan di Bandung, Ayah sudah tahu. Namun, Ayah bangga pada Vanya dan kamu tentunya. Tetaplah di samping Vanya, Zein, sekalipun badai menghantam hanya kami yang Ayah percaya,” ujar Ayah panjang lebar. Aku meraih tangan Ayah dan mencium punggung tangannya. “Zein tidak akan mengecewakan Ayah,” jawabku mantap. Ayah kembali berterima kasih karena telah mengizinkannya meny

