Extra Part 3 : Dua Garis Merah

1092 Kata

Aku menatap kosong ke langit-langit kamar, merasakan kepalaku berdenyut-denyut seperti ditusuk ribuan jarum. Tubuhku terasa lemah, dan perutku terus-menerus mual seolah-olah gelombang lautan tak henti-henti menggulung. Hari ini adalah hari ketiga sejak Zein pergi untuk perjalanan bisnisnya, dan rindu sudah menumpuk menjadi beban yang menyesakkan d**a. Rasanya, tidak ada yang lebih kuinginkan saat ini selain memeluk suamiku dan merasakan kehangatannya yang selalu membuatku merasa tenang. Teleponku bergetar di atas nakas sebelah tempat tidur. Zein menelepon lagi, hampir setiap satu jam sekali sejak tahu aku sakit. Dengan tangan gemetar, aku meraihnya dan menempelkan di telinga. "Sayang, sudah lebih baik? Sayang switch menjadi panggilan video.” Zein terkejut melihat wajah Vanya yang lesu. “

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN