“Kayaknya lagi ada yang enggak semangat, nih.” Rhae memutar bola matanya seraya menghela napas panjang. Ia tengah menata pakaian yang akan dibawa ke kediaman Romedjo untuk diserahkan. Andai boleh, ingin sekali tidak ikut. Namun ini semua sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai salah satu desainer kepercayaan Keiko. “Kamu pasti stres ya, Rhae?” “Bukan stres tapi tertekan.” Senara berdecak pelan. “Sama saja. Aku tebak, pasti dari semalam kamu nggak bisa tidur nyenyak karena hari ini jadi hari yang berat. Benar kan, hayo ngaku.” “Aku berharap dia nggak ada di rumahnya,” bisik Rhae. “Gyan maksud kamu?” Rhae mengangguk. “Iya, memang siapa lagi.” “Kalau Gyan nggak ada, yang repot malah kamu, Rhae. Madam pasti minta kamu ketemu dia lagi.” “Aku bisa minta Made yang urus sisanya.” “Nggak