Rhae mengusap sudut matanya yang basah karena terharu. Ia pun masih berdiri di ambang pintu tanpa tahu harus bagaimana. Nio dan Gyan nampak tidur sangat pulas sampai tidak tega mengganggu. Sepertinya mereka kelelahan setelah pergi jalan-jalan. “Sebaiknya aku tunggu di bawah saja,” guman Rhae. Wanita membalik badan, siap meninggalkan kamar itu. Menunggu setidaknya sampai Gyan bangun karena tidak mungkin mengajak Nio pulang tanpa memberitahu. Selain tidak sopan, ia juga perlu minta maaf karena Gyan harus membawa anaknya pulang ke rumah ini. “Rhae.” Suara Gyan menghentikan niat Rhae. Wanita itu menoleh dan melihat kalau pria itu sudah beranjak dari tempat tidur. Raut wajahnya nampak kaget dan lucu. Seperti anak kecil yang dipaksa bangun karena harus pergi sekolah. “Kamu sudah di sini? Su