161. Apakah Takdir Itu Nyata?

2046 Kata

Aya sudah selesai mandi dan kini perutnya terasa lapar. Hal istimewa dari rambut yang pendek adalah ia tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengeringkan dan menata rambutnya. Aya kemudian duduk bersila seraya menyeduh satu cup pop mie denga air panas. Sembari menunggu mie-nya matang, Aya memeriksa handphone-nya. Melihat kembali jadwalnya untuk esok hari. Besok malam ia akan bekerja di sebuah klab lainnya di daerah Jakarta Timur. Aya mendesah pelan. tempat itu cukup jauh dari kost-annya saat ini. “Gini amat cari duit,” ia berkeluh kesah seraya mulai menyuap mie ke mulut. “Aaa panas!” Aya menumpahkan mie itu lagi dan mengipasi lidahnya. Sembari makan, matanya terus melirik pada kartu nama yang tadi diberikan oleh Kevin. Aya mulai tertarik, apalagi setelah mendengar perkataan Icha. Rasany

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN