141. Senandung Duka dan Niat Jahat

2157 Kata

Keadaan di kediaman Sanjaya sunyi dan suram. Mereka semua seperti melalui duka sebuah kematian setelah Dino benar-benar pergi dari sana. Dino pergi tanpa membawa apa-apa. Dia meninggalkan segalanya di rumah itu dan bertekad tidak akan pernah lagi berurusan dengan Margaretta. Handoko kini bermenung menatap gerimis dari balik kaca jendela. Petir bergemuruh di langit sebelah barat. Suara guntur sesekali terdengar keras, setelah itu hujan turun lebih deras dari sebelumnya. Handoko tampak lesu. Wajahnya menyiratkan sebuah kesedihan. Bagaimana pun juga, ia sudah menganggap Dino seperti anaknya sendiri. Seorang pemuda yang pantang menyerah itu selalu berusaha keras untuk memenangkan hati Handoko selama ini dan dia berhasil. Handoko menghela napas gusar. Dia sama sekali tidak tenang. Hatinya g

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN