"Kita mau ke mana, Nona Selin?" Suara sopir yang tenang menyelinap dari balik kemudi, memecah keheningan dalam mobil yang melaju pelan di bawah cahaya temaram lampu jalan. Selin yang duduk di kursi belakang bersama Gendis sempat menoleh dengan kening berkerut, namun raut wajahnya langsung berubah pucat begitu mengenali pria itu. Senyuman lebar terpulas di wajah pengemudi itu — pria bertubuh tegap, berambut sedikit memutih, dan memiliki sorot mata tajam yang terlalu akrab untuk dilupakan. "Paman Jhon..." gumam Selin nyaris tak terdengar, napasnya tercekat di tenggorokan. Ia menghela napas perlahan, mencoba menenangkan debar jantungnya yang mulai tak karuan. "Saya tidak menyangka... Paman yang akan mengantar kepergian saya," ucapnya tenang, meski di balik suaranya, ketakutan tengah mera